Hari Sabtu kemarin saya ke nonton Skyfall dan ke Gramed, beli 2 buah buku. Skyfall gak perlu diceritain atau direview lah ya. Coba cek aja di imdb atau rotten tomatoes. Kalo rating saya pribadi sih skornya 4/5.
Yang pengen saya posting disini adalah buku yang saya beli. Satunya tentang sejarah Tionghoa di Indonesia yang merupakan kumpulan tulisan wartawan Republika. Saya lumayan takjub baca buku ini karena banyak sekali cerita sejarah yang tidak saya ketahui. Ada cerita tentang tokoh Tionghoa yang jadi tokoh pergerakan di jaman kemerdekaan Indonesia tapi namanya tidak pernah ada di buku sejarah. Ada juga cerita tentang Republik Lanfang di Kalimantan Barat yang saya gak pernah dapat di pelajaran sejarah di sekolah, tapi ketika diketik di google ada beberapa source bacaan tersedia. (Pengarang buku sejarah yang diajarkan di sekolah itu terlalu diskriminatif sama golongan minoritas dan terlalu java-is apa ya?)
Saya sih pada dasarnya suka belajar sejarah, walaupun suka mixed up antara tahun kejadian ini dan itu. Dan gak terbatas sejarah kuno bangsa antah berantah gitu, sejarah Indonesia saya juga suka. Ini bukan berarti saya orangnya susah move on karena suka sejarah *abaikan kalimat ini*. History is fascinating. Dan sisi plusnya, it's educative.
Satu buku sudah khatam dibaca. Lanjut buku selanjutnya, which is buku yang ditulis Bpk Adhyaksa Dault. Nah gara-gara baca buku ini nih saya jadi googling keterangan yang ditulis di buku, yang menyebutkan ranking Indonesia diantara 16 negara lainnya yang disurvei. Apa yang disurvei? Tingkat korupsi. Dan hasilnya? Nih lihat saja di gambar.
Ujung-ujungnya kalau sudah baca buku semacam ini adalah...mikirin negara. Akar permasalahan yang bisa bikin negara kayak gitu apa, atau apa yang bisa dilakukan biar bisa mengurangi atau bahkan memberantas hal semacam itu. I used to have imaginary dialogues in my head while and after reading book or such articles like this. But usually these imaginary dialogues finally fade away and washed off of my head. I feel like a jerk sometimes, drown in this "mikirin negara" utopia without doing something real :(
Yang pengen saya posting disini adalah buku yang saya beli. Satunya tentang sejarah Tionghoa di Indonesia yang merupakan kumpulan tulisan wartawan Republika. Saya lumayan takjub baca buku ini karena banyak sekali cerita sejarah yang tidak saya ketahui. Ada cerita tentang tokoh Tionghoa yang jadi tokoh pergerakan di jaman kemerdekaan Indonesia tapi namanya tidak pernah ada di buku sejarah. Ada juga cerita tentang Republik Lanfang di Kalimantan Barat yang saya gak pernah dapat di pelajaran sejarah di sekolah, tapi ketika diketik di google ada beberapa source bacaan tersedia. (Pengarang buku sejarah yang diajarkan di sekolah itu terlalu diskriminatif sama golongan minoritas dan terlalu java-is apa ya?)
Saya sih pada dasarnya suka belajar sejarah, walaupun suka mixed up antara tahun kejadian ini dan itu. Dan gak terbatas sejarah kuno bangsa antah berantah gitu, sejarah Indonesia saya juga suka. Ini bukan berarti saya orangnya susah move on karena suka sejarah *abaikan kalimat ini*. History is fascinating. Dan sisi plusnya, it's educative.
Satu buku sudah khatam dibaca. Lanjut buku selanjutnya, which is buku yang ditulis Bpk Adhyaksa Dault. Nah gara-gara baca buku ini nih saya jadi googling keterangan yang ditulis di buku, yang menyebutkan ranking Indonesia diantara 16 negara lainnya yang disurvei. Apa yang disurvei? Tingkat korupsi. Dan hasilnya? Nih lihat saja di gambar.
Ujung-ujungnya kalau sudah baca buku semacam ini adalah...mikirin negara. Akar permasalahan yang bisa bikin negara kayak gitu apa, atau apa yang bisa dilakukan biar bisa mengurangi atau bahkan memberantas hal semacam itu. I used to have imaginary dialogues in my head while and after reading book or such articles like this. But usually these imaginary dialogues finally fade away and washed off of my head. I feel like a jerk sometimes, drown in this "mikirin negara" utopia without doing something real :(
No comments:
Post a Comment