Pages

Tuesday, February 18, 2014

Mudahnya Mencairkan Dana Jamsostek

*Previous note: Postingan ini berdasarkan pengalaman mencairkan dana Jamsostek awal tahun 2014. Saya bukan pegawai Jamsostek/BPJS, jadi maap ya kalo ada yang nanya-nanya tapi saya gak ngerti jawabannya, lebih baik tanya langsung ke call center BPJS Ketenagakerjaan di 500910 biar lebih jelas*

Judulnya gak bohong, mencairkan dana Jamsostek itu semudah makan jeruk. Cuma tinggal kupas-kunyah-telan. Ya ini analogi aja sih. Tapi memang secara umum gampang. Tinggal datang ke kantor Jamsostek dengan bawa persyaratan yang diperlukan, ambil form isian dan nomor antrian, isi form sambil nunggu dipanggil, datang ke counter sambil menyerahkan form berikut persyaratan yang lain, difoto, dan selesai. Easy as 1,2,3 :D

Nah persyaratannya apa saja:
1. Terdaftar sebagai peserta, dibuktikan dengan membawa kartu Jamsostek yang asli *ya iyalah*
2. Sudah resign dari kantor yang membayarkan Jamsostek, dengan membawa surat parklaring. Selain sudah resign, paling tidak sudah 5 tahun terdaftar sebagai pemilik kartu jamsostek + 1 bulan masa tunggu. Exception untuk C/PNS, gak perlu nunggu 5 tahun + 1 bulan, asal jangan lupa bawa SK pengangkatan C/PNS
3. Siapkan KTP asli dan fotokopi
4. Siapkan KK asli dan fotokopi
5. Siapkan copy buku tabungan (opsional)

Nah udah deh tinggal datang ke kantor Jamsostek *yang sekarang sudah berubah nama menjadi BPJS*, ambil nomor antrian, nunggu nomor dipanggil sambil mengisi form yang sudah disediakan. Formnya seperti di bawah ini:




Isiannya juga cuman gitu-gitu aja. Kenapa di atas saya sebutkan copy buku tabungan itu opsional, karena pencairan dana Jamsostek ini bisa via transfer rekening, bisa lewat kantor pos, bisa juga diambil tunai setelah klaim selesai, biasanya sih prosesnya makan waktu sekitar 3 hari. Saya sendiri pilih pembayaran via transfer rekening, dan uangnya sudah masuk ke rekening saya setelah 3 hari kerja. Gak perlu repot-repot balik ke kantor Jamsostek. Mudah bukan? ;)


Tips: Datanglah pagi karena menurut satpam, kantornya belum buka saja sudah ada yang mengantri mengambil nomor. Saya datang sekitar jam setengah sepuluh PAGI dapat nomor belakangan, dan waktu giliran saya dilayani itu sekitar jam setengah 3 SORE. Untung kantor saya dekat, jadi bisa ditinggal ke kantor dulu ngerjain yang lain :D

P.S: Dari para pemberi komentar yang baik hati udah mampir postingan di blog saya ini, baru tau kalo kita sudah tercatat bekerja kembali di perusahaan yang baru, tidak bisa lagi mencairkan dana jamsostek di perusahaan yang lama, kecuali bener-bener resign dan sedang tidak bekerja/tercatat bekerja di perusahaan manapun.



Tuesday, February 11, 2014

Dowa Bag, Asli Lokal, Sudah Go International

Pertama kali saya kenal brand ini waktu jadi visitor Inacraft. Itu lhoo, event tahunan pameran barang kerajinan khas Indonesia yang diselenggarakan di JCC Senayan. Waktu itu saya lihat ada booth yang jualan tas rajut bagus bin kece dengan harga yang tidak murah :D. Banyak yang saya taksir dan pengen bawa pulang, tapi saat itu duit lagi cekak dan urusan membeli tas bukan prioritas *tsaaah*.

Dowa bag sendiri di Indonesia masih agak asing namanya. Tapi saya pernah baca di artikel koran, tas ini sudah mejeng di salah satu butik di New York dengan label The Sak. It means, kualitasnya memang sudah diakui di luar negeri sono.

Beberapa kali saya ke Jogja dan berkeinginan untuk "sekedar mampir" ke showroom Dowa, tapi gagal terus. Akhirnya liburan akhir Januari kemarin saya sukses mampir ke showroom Dowa yang di Jalan Godean. Sebetulnya di Jogja ada 3 showroom, dua diantaranya di Hotel Novotel dan Hotel Sheraton. Kalau dari arah tugu Jogja sih tinggal lempeng ke arah Jalan Godean sampai nemu Km 7 dan patokannya pom bensin Pertamina. Nah lokasinya ada di pinggir jalan. Tempatnya nyaman dan dari desain interior dan eksterior bangunan cukup menunjukkan sasaran kelas pasarnya tas Dowa ini :D

display tas

Selain tas, disini juga menjual pouch handphone, kantong dan dompet yang sebagian besar rajutan. Ada juga yang dibuat dari bahan kulit atau campuran rajut-kulit. Serunya, selain melihat tas, kita juga bisa melihat langsung proses pembuatan tas-tas cakep itu. Dan semuanya dibuat secara handmade.

pembuatan tas Dowa ala handmade

Yang lebih enak lagi, disediakan cemilan dan minuman gratis disini. Jadi pembeli yang sudah capek mata memilih tas mana yang akan dibeli, calon pembeli yang capek hati ingin beli tas tapi masih berat di dompet, maupun pengunjung yang capek foto-foto tapi tidak beli, bisa istirahat dulu. Duduk manis sambil nyemil jajanan tradisional yang disediakan tanpa henti, dan tiap kali habis pasti diisi lagi. Ada klepon, jadah, bubur ketan item, cenil, lupis dan beberapa cookies lainnya. Bahkan ada cemilan berbentuk bungkusan daun, yang setelah saya tanyakan ternyata isinya nasi gudeg *iya, nasi dicemilin*. Lumayan sih ya, bisa jadi ganti makan siang.

Eits, tapi saya bukan sekedar free loader yang numpang nyemil gratis sampai kenyang. Saya beli satu tas yang paling menarik perhatian dan harganya feasible. Satu saja, cukup. At least ngidam tas Dowa dari kapan tahun terpenuhi juga akhirnya :D


Wednesday, February 5, 2014

Project Januari Yang Gagal

*Harusnya ini adalah postingan di akhir bulan Januari. Tapi gak papa lah ya telat beberapa hari :D*

Karena bulan Januari ini adalah bulannya David Silva, Zayn Malik, Justin Timberlake dan saya, maka seperti biasa, tiap Januari saya ada project untuk diri sendiri. Kalo untuk Silva, Zayn sama JT ya biar dipikirin mereka sendiri *udah gede ini*. Ide project ini gak orisinil sih, biasanya didapat dari browsing dan baca blog orang juga. Untuk Januari ini projectnya adalah The January Cure yang diinspirasi dari sini. Intinya sih tentang getting room/space organized. Kalo saya ya nerapinnya ke kamar kosan. Dan sedikit merambah ke urusan perut. Ya maksudnya jaga makanan gitu :D

Silva, Zayn dan JT, dalam hati mereka bertanya-tanya, siapa sih wanita soleha nan hore ini?

Nah yang pertama saya lakukan tentu saja beberes kamar kosan. Berhubung space yang saya tempati ya cuman satu kamar tanpa ada gudang, otomatis pojokan kamar saya konversi jadi gudang. Dan sudah pasti yang namanya gudang, serapih-rapihnya *biasanya* masih tetap ahmad. Maksud saya tetap berantakan juga. PR untuk The January Cure ini gimana caranya biar "gudang" saya jadi lebih rapi. Ternyata solusi yang mudah itu adalah memilah dan menyortir. Barang-barang yang sudah tidak terpakai buang saja. Dan yang masih kepakai disimpan rapi.

Yang kedua adalah lemari pakaian. Yang ini juga tidak terlalu susah memilahnya. Bagi saja jadi tiga kategori, layak pakai dan sering dipakai, layak pakai dan jarang dipakai, tidak layak pakai. Setelah saya memilah pakaian menjadi 3 kategori ini, dengan mengurangi isi lemari pakaian menjadi hanya yang layak pakai dan sering dipakai, maka lemari pakaian saya jadi jauh lebih longgar daripada sebelumnya :D
Untuk baju yang tidak layak pakai ya dibuang saja atau dihancurkan, sementara yang layak pakai tapi jarang dipakai bisa disumbangkan :)

Yang terakhir adalah makanan. Bukan bermaksud sok ikutan diet clean eating atau apa, tapi sejak dulu saya menghindari gorengan. Bukan apa-apa sih, saya gampang batuk karena tenggorokan agak sensitif dengan minyak-minyakan. Selain menghindari minyak saya juga berusaha menghindari mi instan dan konsumsi gula berlebih. Kalo dulunya dalam sehari saya bisa minum minuman bergula tinggi sampai 4 gelas bahkan lebih dalam sehari, sekarang dibatasi maksimal 2 gelas dalam sehari. Dan untuk makan malam pun saya coba ganti dengan 3 porsi buah.

Nah dari judulnya kan project yang gagal, dimananya neng gagalnya? Jadiiii...karena hujan terus-terusan yang bikin kamar saya jadi lembab, lemari pakaian dan rak buku yang isinya sudah saya re-organized jadi jamuran. Sudah saya coba bersihkan dengan alkohol, tapi tiap kali dibersihkan malah muncul lagi dengan lebih ganas, hiks :(( So what should i do to get rid of these mold?

Gak cuma itu saja, project untuk eat well saya juga gagal. Jadi gini ceritanya, akhir Januari saya traveling ke Jogja. Saya kalap makan di Jogja. Kayaknya tiap lihat makanan, gak pikir panjang mampir dan beli makan. Considering prices are quite cheap comparing to those in Jakarta #yaeyalah. Kekalapan makan ini rupanya membawa akibat buruk. Gak langsung ngefek di Jogja, tapi ngefek pas saya balik ke Jakarta. Perut jadi gak enak, badan meriang dan selera makan saya hilang.

Dan apa obatnya sodara-sodara? MI INSTAN! Iya mi instan, yang saya gak konsumsi lagi dalam sebulan ini. Setelah makan mi instan dan tidur agak lamaan demam saya turun dan saya merasa lebih sehat. Gagal deh clean eatingnya hahaha!