"Selamat datang para pahlawan devisa".
Begitulah spanduk yang terpampang jelas di Bandara Internasional Soekarno Hatta Terminal 2. Sudah jelas spanduk ini ditujukan buat siapa. Tapi spanduk hanyalah spanduk, bukan begitu? Pada prakteknya para pahlawan-pahlawan ini gak dihargai sebagai mana mestinya. Miris.
Ini ada angin apa ya tiba-tiba saya posting beginian? Ya memang sih, karena sedang ramai berita itu. Berita tentang Ruyati, seorang TKI yang dihukum pancung di Arab Saudi. Gemes saya, geram tentu saja. Sama siapa? Sama pemerintah, pihak-pihak terkait, BNP2TKI yang kepanjangan namanya adalah Badan Penempatan dan PERLINDUNGAN Tenaga Kerja Indonesia yang tidak tampak ada usaha MELINDUNGI. Dan terakhir, sama saya sendiri. Lha kok bisa? Apa hubungan saya sama kasus Ruyati? Tidak ada, bukan? Atau menurut Anda begitu?
Saya merasa gemes sama diri sendiri. Seperti biasa, saya cuma bisa mencela dan menyalahkan kegelapan. Tapi belum bisa menyalakan lilin dan membagi cahayanya. That sucks! #gaksante
Dan karena saya masih #gaksante posting ini isinya kurang lebih cuma nyampah. Tidak ada solusi NYATA atau rasa PRIHATIN disini (butuh lebih dari sekedar prihatin untuk menyelesaikan masalah, aint it rite?).
Sebenarnya, cerita sedih tentang TKI apalagi yang bekerja jadi PRT (Pembantu Rumah Tangga) sudah lama terdengar. Tidak cuma di Arab Saudi, tapi juga di negara lain seperti Malaysia, Singapore, Hongkong, Kuwait dll. Dan menurut data Migrant Care tahun 2007 kekerasan terhadap TKI tertinggi terjadi di Malaysia (39%) dan Arab Saudi (38%). Walaupun data ini kurang relevan karena sudah lama, tapi bisa dibayangkan betapa rawannya nasib TKI di kedua negara itu.
Emang sih, gak semua TKI bernasib buruk, apes dapat majikan jahat, ada juga yang sukses tapi gak diberitakan di media (bukankah kecenderungan media kita itu berita buruk ya?).
Tetangga saya misalnya. Mereka berdua adalah suami istri yang bekerja di Jeddah, Arab Saudi selama hampir 10 tahun. Dan sepanjang waktu itu majikannya baik tuh. Malah mereka diberi kepercayaan dan dipinjami mobil majikannya untuk nganterin saya wisata keliling kota Mekkah waktu April kemarin. Gak cuma saya. Setiap ada tetangga atau saudara lagi haji/umroh, sama pasangan suami istri itu selalu diantar keliling dengan mobil majikannya.
Btw, berhubung tadi diatas saya sudah bilang mau nyampah, ya sudah sekalian saya cerita sedikit pengalaman waktu di Arab. Dari pertama kali menginjakkan kaki di Bandara King Abdul Azis, sudah terasa bagaimana perlakuan tidak simpatik dari petugas bandaranya.
Waktu itu pendaratan dua pesawat dari Indonesia, Garuda dan Lion Air hampir bersamaan. Dan mungkin memang selain jamaah umroh, di pesawat juga banyak TKW. Petugas bandaranya mengarahkan para TKW untuk masuk bis dengan tidak simpatiknya dan teriak kenceng-kenceng #gaksante "TeKaWe...TeKaWe...". Bahkan kepada jamaah umroh berseragam batik yang sudah tampak tua. "Ah, sambutan awal sama TKW aja sudah seperti ini. Gimana ntar kalo udah kerja sama mereka?", pikir saya waktu itu *sigh*.
Ada satu lagi kejadian tidak menyenangkan yang saya alami di Arab. Waktu itu saya baru pulang solat subuh dari masjid Nabawi sama Oma, mampir ke toko yang jualan gamis dan baju-baju lainnya. Penjaga tokonya laki-laki, masih muda, twenty something gitu lah. Dengan kurang ajarnya dia colek-colek saya. Kalau saya waktu itu memakai pakaian yang gak beres atau keganjenan sih mungkin saya akan menyalahkan saya sendiri. Lha ini, saya baru pulang dari masjid, masih pakai mukena lengkap, gak ngapa-ngapain kecuali bantu Oma milih gamis. Dengan muka kesel saya keluar aja dari toko itu, nunggu Oma dari luar. *Emangnya saya selai, dicolek-colek?* :mad
Balik lagi ke awal, tentang Ruyati. Selain Ruyati masih ada 23 TKI lain yang terancam hukuman mati. Darn! Gimana gak miris saya? Iya sih, dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Jadi dimanapun kita harus tetap hati-hati bawa diri. Tapi kalo ini ya, namanya pemerintah gak bisa melindungi rakyatnya. Emang kenapa sampe Ruyati membunuh majikannya? Karena membela diri? Karena biasanya disiksa?
Kenapa dia disiksa? Karena dia lalai? Kerjaan gak beres? Perlindungan terhadap TKI lemah? Majikan semena-mena?
Kenapa majikan semena-mena? Karena dia TKI ilegal (mungkin)? Karena majikan sudah membayar, jd merasa bisa semena-mena?
Kenapa Ruyati tahan disiksa? Karena dia butuh uang? Karena di tanah air keadaan lebih carut marut dan dia susah mendapat pekerjaan?
Ah, saya nyinyir sekali banyak nanya. Kalo bego-begoan menurut saya sih, salah satu mata rantai yang bikin dia disiksa sehingga akhirnya membela diri dan membunuh majikannya itu harus diputus. Itu gampangnya.
Enak saja bagi saya ngomong, toh saya juga cuma bisa mencela kegelapan kan? Huh!
*jedotin kepala ke tembok*
*Untuk alm. Ibu Ruyati, semoga dosa beliau diampuni dan amal ibadahnya diterima Yang Maha Kuasa. Untuk saudaraku pahlawan devisa lainnya, yang mengalami kekerasan, korban traficking, dll, maafkan saya yang belum bisa membantu menyalakan lilin untuk kalian, baru bisa doain :(*
3 comments:
Gemes saya, geram tentu saja. Sama siapa? Sama pemerintah, pihak-pihak terkait, BNP2TKI ... Dan terakhir, sama saya sendiri.
Aneh. Kok malah gak gemes/geram ke orang Arab nya..
@anggri: pihak-pihak terkait banyak nggri, kalo mau disebutin satu2, PJTKI lah (kasus2 lain), majikan Arab lah, majikan di negara lain juga yang kelakuan semena-mena (gak cuma kasus Ibu Ruyati ini aja) *sigh*
mungkin sebelum diberangkatkan para TKI itu mestinya dibekali sama ilmu yg bener2 cukup, trus klo dia-nya diperlakukan ga adil ada tempat untuk menampung komplain plus ada tindakan mestinya.
bisa jadi emang majikannya yg jahat, bisa jadi TKI-nya yg ga ngerti maksud majikannya trus majikannya geram.
who knows... saya juga cuman bisanya berkomentar >.<
Post a Comment