Pages

Monday, March 14, 2011

Fighting The Cancer

*sambungan dari cerita sebelumnya*

2 minggu pasca operasi

Saya balik ke rumah sakit untuk mengangkat jahitan. Sebenarnya yang dilakukan dokter hanya memotong ujung-ujungnya, karena benangnya diserap oleh tubuh. Hasil jahitannya? Cukup panjang dan melintang. Beberapa cm diatas puser trus belok kiri disebelah puser dan berhenti beberapa cm di bawah puser. Sempat saya kepikiran bikin tatto tanaman, dimana bekas luka adalah batang pohonnya dan nanti minta digambarin daun dan bunga di ujungnya :D

Setelah itu dokter juga memberi tahu hasil lab saya. Dan ternyata...*drum roll* tumor saya sudah bermetastasis. Diputuskan bahwa saya menderita kanker ovarium stadium 1C. Jadi tumor yang sudah diangkat itu di ovarium sebelah kiri, tapi masih ada kanker ovarium di sebelah kanan.

Ada 2 prosedur medis yang paling umum selain operasi untuk mengobati kanker. Yaitu kemoterapi dan radiasi. Kemoterapi adalah prosedur untuk memasukkan obat-obatan ke tubuh pasien dengan tujuan membunuh sel-sel kanker, tapi seringnya sel-sel sehat lainnya ikut dibunuh obat ini. Sementara radiasi adalah penyinaran untuk menghancurkan jaringan-jaringan yang terkena kanker.

Yang umum dilakukan adalah kombinasi antara operasi, kemoterapi dan radiasi. Dan, pengobatan yang akan saya lakukan adalah kemoterapi. Sudah terbayang gimana gak enaknya proses itu. Banyak efek sampingnya, mual muntah, diare, rambut rontok, anemia, tidak nafsu makan dll.

Dokter bilang, yang terpenting adalah dukungan keluarga, dan pasien sendiri harus kuat, fisik maupun mental untuk meminimalisir efek samping kemoterapi ini. Menurut plan dokter, kemoterapi saya itu akan dilakukan 4 kali, masing-masing berjarak 3 minggu. Tiap kali sesudah kemo akan dites darah lagi untuk melihat kondisi saya. Dan juga perkembangan kankernya.

Nah, bagaimana bisa ketahuan kabarnya kanker yang ada di dalam badan saya? Kan gak kelihatan. Untuk itu kadar "sesuatu" dalam darah saya akan dites. Istilahnya tumor marker. Jadi dari situ akan ketahuan, apakah masih ada substansi asing penyebab tumor/kanker itu dalam darah saya.

Sebelum awal operasi sih, tumor marker yang dites pada saya adalah CA125,AFP dan Beta-HCG. Dari hasil pemeriksaan lab, sebelum dan setelah operasi, kadar CA125 dan Beta-HCG masih normal. Tapi kadar AFP yang cukup tinggi. Jadi untuk selanjutnya yang jadi parameter kesuksesan kemoterapi adalah seberapa turun AFP saya.
Cukup sebegitu saja tesnya? Tentu tidak :)

Tiap kali mau di kemo, saya juga masih harus tes darah, apakah jumlah sel darah merah, sel darah putih, Hb dan kawan-kawannya sudah memenuhi syarat *tadi sudah saya jelaskan kalau salah satu efek kemo bisa menyebabkan anemia kan?*.

Dan memang, Hb saya sempat turun setelah operasi. Sampai-sampai saya harus menghabiskan 7 kantung darah pasca operasi. Untunglah darah-darah itu mengalir lewat infus, bisa stres saya kalau harus menaikkan Hb dengan cara minum 7 kantung darah itu. *ini cuma imajinasi sesat saya*

Setelahnya pun saya dicekoki jus jambu merah, obat-obatan herbal (kunyit putih lah, teh mahkota dewa lah, minyak buah merah lah), dan beberapa makanan lainnya yang mengandung antioksidan tinggi.

Ibarat perang, sel-sel kanker adalah musuh jahat yang harus diperangi. Kemoterapi adalah senjata berat yang digunakan untuk menumpas musuh. Mulai dari rudal, senapan antitank, meriam, shotgun, bazooka, granat, ranjau, dll. Sedangkan antioksidan dan obat herbal yang dikonsumsi adalah latihan militer dan nutrisi tingkat tinggi bagi para pasukan untuk persiapan melawan musuh. Biar menang perang harus siap pasukan terlatih dan senjata yang hebat kan? ;)

Dan gak ketinggalan, seorang jendral yang kuat, gagah berani dan cerdas untuk memimpin perang *mulai meracau*. Walaupun nanti banyak pasukan yang terluka, mati atau cacat, tapi dengan determinasi tinggi, seorang jendral perang yang keren akan selalu bisa membawa pasukannya memenangkan pertempuran kan? :D

Beruntunglah, jendral perang keren itu mendapat dukungan dari banyak pihak. Keluarga, sahabat, teman, tetangga, dokter, perawat, sesama pasien, bahkan orang yang baru dikenalnya pun mendukungnya. Dan yang paling utama adalah Tuhan yang gak pernah meninggalkannya :)

For all you gave to me God, i am so thankful. I'd never give up on You :)

"لا حول ولاقوة إلا بالله"

Balik lagi ke cerita semula. Jenis kemoterapi itu ada macam-macam. Dosisnya, jenis obatnya, lama terapinya, dll. Untuk saya, jenis terapi dilakukan selama 5 hari. Jadi 1 hari obatnya dimasukkan ke tubuh saya lewat infus, 1 hari istirahat, 1 hari lagi diberi obat, 1 hari lagi istirahat dan 1 hari lagi diberi obat. Persisnya 3 hari diberi obat lewat infus dan 2 hari istirahat di sela-selanya. Sepertinya saya bakal jadi mayor ruang rawat inap 8 RS. Syaiful Anwar selama beberapa bulan ke depan :D

Kemoterapi pertama

Pada waktu kemo pertama kali, hasil tes darah saya sangat-sangat memenuhi syarat. Betapa tidak, selama di rumah saya makan-tidur-makan-tidur terus. Dalam 2 minggu saya berhasil menaikkan berat badan saya 4kg. Keren bukan? :D *padahal biasa aja :p*

Dan saya kelihatan amat sehat saat itu, jadi saya ditanya sama pasien lain yang kebetulan sekamar, "sakit apa?". Pertanyaan itu akhirnya menjadi pertanyaan paling sering ditanyakan orang lain pada sesi kemoterapi selanjutnya.

Terapi yang pertama ini berjalan cukup sukses, infus dan obat-obatan lancar. Hari pertama saudara saya datang berkunjung dan nanya, "Mbak ika gak muntah-muntah? Biasanya orang dikemo kan muntah". Saya yang saat itu ngerasa sehat-sehat dan memilih menginduksi diri dengan pikiran positif menjawab, "Ika kan sehat, kuat, gak akan muntah kok". Eh...besoknya saya mual muntah.

Besok-besoknya tiap kali obat dimasukkan lewat infus paginya, sorenya saya muntah. Beruntunglah ada ibu saya yang telaten menemani saya di rumah sakit. Ibu selalu menyiapkan teh hangat dan gak bosan-bosan menyupport saya. Karena saya belum berpengalaman, 5 hari kemo pertama ini saya manja sekali tidak mau mandi. Hanya diseka air hangat saja. Jorok dan bau sekali >.<
Setelah selesai satu sesi kemoterapi ini, saya boleh pulang ke rumah dan 3 minggu kemudian balik ke rumah sakit untuk kemo ke-2.

Kemoterapi kedua, ketiga dan keempat

Seminggu setelah kemo, saya dites darah dulu, untuk cek AFP. Dan kadarnya masih belum turun, sama seperti sebelum kemo pertama. Dan seminggu sesudahnya ada tes darah lagi untuk cek eritrosit, trombosit dan Hb. Dan sesi kemoterapi kedua ini masih tetap berjalan sesuai plan semula.

Saya daftar sendiri di poli rawat jalan dulu paginya. Kemudian daftar dan masuk ke rawat inap. Bawa barang-barang sendiri. Baru kemudian sorenya kakak saya datang menemani saya. Dan terapi ketiga dan selanjutnya juga seperti itu. Bahkan malam sebelum terapi keempat saya sempat minta ijin perawat untuk pergi ke mall dulu sama kakak saya. Dan dibolehkan :hammer:

Setelah terapi kedua ini efek sampingnya mulai terasa. Selain mual muntah, rambut saya juga mulai rontok, anemia, nafsu makan menurun dan timbul ruam-ruam aneh di badan saya. Tapi sekali lagi saya berterimakasih tak terhingga atas rahmat Tuhan dan dukungan serta cinta dari keluarga dan sahabat saya.

Awal diberitahu dokter, kemoterapi saya sebanyak 4 sesi. Jadi pada terapi keempat saya sudah senang sekali. Saya akan terbebas dari selang infus, obat-obatan, tes darah hampir tiap minggu dan efek samping yang tidak menyenangkan ini. Sudah bosan rasanya saya ditusuk jarum suntik.

Tapi setelah tes darah untuk cek AFP setelah terapi keempat, dokter menyatakan bahwa saya harus melakukan kemoterapi 2 sesi lagi. Jadi total 6 sesi. Ah, tidak percaya rasanya, padahal saya sudah merasa benar-benar sehat dan mulai muak dengan semua efek samping terapi. Tapi bagaimanapun, dokter tentu lebih tahu daripada saya, dan mau gak mau saya harus mempersiapkan diri lagi untuk kemo kelima dan keenam *sigh*

Kemoterapi kelima

Ini adalah kemoterapi dengan efek terburuk yang saya rasakan. Hb saya turun dibawah normal, jadinya saya harus ditransfusi dulu sebanyak 2 kantung. Memasang selang infusnya susah, sempat macet pula saat diberi obat, jadinya harus dipindah jarumnya. Pada saat sesi terapi saya juga muntah berat, tidak nafsu makan dan badan saya sakit semua. Mungkin ini akibat dari kondisi psikis saya juga. Saya benar-benar tidak siap untuk sesi kelima ini. Benar-benar 5+2 hari yang menyiksa. Saat sudah diperbolehkan pulang saya senaaaaaannng sekali.

Kemoterapi keenam

Kondisi psikis saya sudah jauh lebih baik saat ini. Saya sudah bisa menerima kenyataan sepertinya, bahwa terapinya harus 6 sesi :D
Walaupun terapi yang ini lebih lama daripada yang sebelumnya, karena lagi-lagi saya harus ditransfusi darah dulu karena Hb rendah, tapi saya senang karena ini adalah sesi terakhir. Terakhir untuk selamanya saya harap, Aamiin. Sudah cukup 6 bulan saja kemoterapi saya :)

Seminggu setelahnya saya cek AFP lagi dan alhamdulillah, kadarnya turun di bawah batas normal. Jadi saat itu dinyatakan bahwa kemoterapi saya berhasil. Tapi saya masih diharuskan untuk cek darah setiap bulan untuk memantau kadar AFP.

Pertengahan 2007

Saya rutin cek AFP tiap bulan dan alhamdulillah hasilnya normal. Karena sudah setahun sejak terakhir kali terapi, maka untuk selanjutnya cek AFP saya cukup dilakukan tiap 3 bulan sekali. Dan alhamdulillah lagi, selanjutnya kadarnya masih tetap normal.

Pertengahan 2008 saya pindah ke Cikarang. Dan sejak saat itu saya belum pernah cek AFP dalam darah saya lagi. Bandel ya, saya? Harusnya sih saya masih tetap cek AFP sampai sekarang. Dan sekarang sudah 5 tahun sejak operasi dan kemoterapi. Kalau yang pernah saya dengar sih, setelah 5 tahun itu biasanya akan dicek ulang, dan dilihat apakah masih ada kanker itu dalam tubuh saya. Dan setelahnya dokter akan memutuskan apakah saya sembuh total atau tidak.

Dan saya belum mengecek sampai sekarang. Saya begitu menikmati 5 tahun ini tanpa ada keluhan apa-apa pada ovarium saya. Saya sedikit takut sepertinya. Takut hasil tes tidak seperti yang saya harapkan. Ah, tapi sudahlah. Bukankah selama 5 tahun ini saya berhasil melewatinya dengan positif thinking pada Tuhan? Saya harus yakin juga kali ini :)

Semoga benar, tidak ada apa-apa. Dan saya divonis, SEMBUH TOTAL. Aamiin....


What doesn't kill you, makes you stronger - Friedrich Nietzche


*(maybe considered) to be continued
**btw apa kabar "isi perut" saya yang 6kg itu ya? ada sih poto tumornya jaman dulu pas baru dikeluarkan, tapi disturbing picture sekali...

Thursday, March 10, 2011

It's Been 5 Years

Kali ini saya mau posting dalam mothertongue aja. Alasan? So i dont missed any details yang kemungkinan gak tersampaikan dalam bahasa inggris, karena keterbatasan saya sendiri, hehehe. Kenapa juga ujug-ujug saya bikin postingan seperti ini? Tentu ada alasannya. Dan postingan ini masih bersambung nantinya. Dimohon sabar aja untuk nunggu kelanjutan ceritanya *kayak ada yang mau baca aja :D*
Dan dapat dipastikan yang saya tulis ini bukan hoax lhoo, tapi pengalaman pribadi ^^


Sudah 5 tahun berlalu. 5-critical-years, that's what people said :)

31 Januari 2006

Hari itu adalah hari ulang tahun saya. Saya diantar ibu pergi ke laboratorium untuk USG, memeriksakan kandungan. Apa saya hamil? Kayaknya mustahil, karena saya belum pernah NIKAH dan atau KAWIN. Tapi perut saya membuncit dan keras seperti orang hamil *kira2 perut saya seperti ilustrasi gambar diatas*

Ah, Ibu mana sih yang gak khawatir tahu perut anak gadisnya membesar seperti itu? :)

Saat diUSG, dokter menyatakan bahwa ada tumor/kista dalam perut saya. Kurang lebih 6 kg. Jujur saya enggak shock. Saya udah mengira-ngira sendiri sebelumnya. Sejak 6 bulan sebelumnya saya sering mengalami kram perut hebat. Dan pelan-pelan membuncitlah perut saya.

Saya emang ceroboh, apalagi masalah kesehatan. Mungkin kalau dari awal diperiksakan, ukuran tumornya belum sebesar itu. Tapi, masih untung yang ada dalam perut saya bukan kawat, beling, paku dsb :D
Dan sesuai anjuran dokter, besoknya saya memeriksakan diri ke rumah sakit.

Februari 2006

Berbekal hasil USG, saya periksa ke rumah sakit. Sama seperti diagnosa dokter lab, dokter di rumah sakit juga menyatakan bahwa saya menderita tumor. Tumor ovarium tepatnya. Dan mau gak mau, tumor itu harus diangkat lewat operasi.

Di bulan ini saya bolak-balik ke rumah sakit. Sebelum dioperasi, saya harus menjalani berbagai macam tes. Mulai dari tes darah (berkali-kali), urine, paru-paru, ginjal, jantung, anestesi, bahkan beberapa tes USG lagi.

Sampai akhirnya diputuskan bahwa saya akan menjalani operasi tanggal 6 Maret. Mengapa lama sekali? Sebulan lebih dari mulai saya periksa pertama kali. Apa karena saya periksa di rumah sakit umum daerah? Atau karena saya pakai kartu Askes (fasilitas sbg anak PNS)?

Saya gak mau berburuk sangka. Let's say ini adalah rumah sakit umum daerah. Yang jadi rujukan dari luar kota juga. Banyak pasien yang ditangani. Dan saya juga harus diperiksa dulu dengan seksama sebelum dioperasi. Jadi saya nikmati saja satu bulan ini :)

Sebelumnya, ayah saya diminta menandatangani surat persetujuan entah apalah itu. Intinya pas operasi nanti akan dilihat, apakah tumor ini sudah menyebar sehingga kandungan saya perlu diangkat. Ada kemungkinan bahwa tumor saya sudah ganas dan berkembang menjadi kanker. Tapi dokter meyakinkan, sebisa mungkin akan mempertahankan kandungan saya, biar saya gak menopause dini. Saya cuma bisa berdoa saja waktu itu.

3 Maret 2006

H-3 sebelum operasi saya. Hari itu saya mulai rawat inap di rumah sakit. Haruskah menunggu selama itu sambil menginap di rumah sakit sebelum operasi? Ah mungkin ini memang prosedurnya.

Saya ditemani kedua orangtua dan kakak saya. I am so thankful to have them. They were there to accompany me through that time. There are no hard or difficult things if the people who loves you are around :)

5 Maret 2006

Malam sebelum operasi, isi perut saya dikuras habis. Dan saya diminta tidak makan apa-apa sampai operasi. Satu lagi, saya diminta untuk tidur nyenyak agar fit keesokan harinya. Tidur nyenyak? Hmm baiklah, saya usahakan :)

6 Maret 2006

Pagi-pagi saya sudah bersiap. Sehabis mandi saya memakai baju operasi warna hijau muda. Sekitar jam setengah 9, ayah mengantarkan saya ke ruang operasi. Saya mau jalan sendiri menuju ruang operasi, tapi ternyata tidak dibolehkan. Saya harus dituntun di kursi roda. Benar-benar seperti orang sakit saja :D

Sebelum memasuki lorong ruang operasi, ayah berpesan pada saya. Banyak-banyaklah mengingat Allah dan membaca shalawat Nabi. Beliau dan ibu akan selalu mendoakan dari luar kamar operasi.

Di lorong ruang operasi saya menunggu sebentar. Kata perawat sambil memasang selang infus, ruang operasinya sedang dipersiapkan. "Gak usah takut, santai aja", katanya.

Saya memang tidak takut. Justru saya merasa tenang. Semuanya sudah saya pasrahkan sama Allah. Dan sayup-sayup terdengar lagu Phil Collins dari pengeras suara.

Oh, think twice, it's just another day for
For you and me in paradise
Oh, think twice, it's just another day
For you, you and me in paradise

Okay, lagu ini emang menenangkan, tapi kenapa juga di liriknya ada kata-kata "paradise"? :D

Tak lama kemudian saya dibawa masuk ke ruang operasi. Ruangannya besar, terang dan dingin. Seperti di film. Ada lampu besar di tengah langit-langit. Beberapa orang ada disitu, memakai jubah operasi dan masker. Saya dibaringkan di meja operasi. Seorang perawat memasukkan obat bius lewat infus saya. Dan saya merasakan kesadaran saya perlahan menghilang.

Kesadaran saya mulai kembali saat saya dibawa ke ruang isolasi. Yang saya rasakan saat itu...dingin dan perut yang terasa perih dan agak panas. Sepertinya operasi pengangkatan tumor itu berhasil, karena saya sudah tidak merasakan tekanan di rongga dada yang bikin napas saya berat seperti sebelum dioperasi.

Seharusnya setelah semalam berada di ruang isolasi besoknya saya sudah bisa dipindah ke ruang rawat inap. Tapi karena saya belum buang angin, saya harus berada di ruang isolasi semalam lagi. Betapa kentut itu adalah hal yang berharga *sigh*

Esoknya saya dipindah ke ruang rawat inap karena saya sudah bisa buang angin. Dan saya tidak pernah meremehkan kentut lagi setelah saat itu *halah*

Menurut dokter obgyn yang menangani saya, selain mengangkat tumor yang bersarang di ovarium kiri, kelenjar getah bening dan usus buntu saya diangkat, demi mencegah penyebaran. Tapi alhamdulillah, kandungan saya tidak diangkat. Dan tumor sebesar 6kg itu dibawa ke lab untuk diperiksa lebih lanjut.

Dan hari-hari setelahnya, saya sering kedatangan tamu. Saudara, tetangga, teman kuliah, teman sekolah. I just could thank them for their supports and embrace. Dan berdoa semoga Allah membalas kebaikan mereka semua dengan yang lebih baik :)

5 hari kemudian saya keluar dari rumah sakit dan pulang ke rumah. Bisa lebih cepat sebenarnya, cuma karena satu insiden di suatu pagi saya harus menginap satu hari lebih lama.

Jadi begini ceritanya, jadi saya itu disarankan biar sering jalan-jalan. Pelan-pelan tentunya. Awalnya sih masih takut-takut karena luka operasinya masih berasa perih, apalagi pas batuk rasanya seperti jahitannya jebol *hiperbola*. Hari itu saya banyak berada di luar kamar, jalan-jalan, duduk-duduk di luar sambil baca koran. Mungkin karena kelamaan di luar jadinya saya masuk angin. Dan paginya saya muntah-muntah. Benar-benar pengalaman muntah yang paling tidak enak. Rasanya seperti waktu batuk, jahitan serasa mau jebol.

Ah iya, pasca operasi berat badan saya tinggal 42kg. Tinggal tulang dan kentut. Tentu saja, karena yang 6kg sudah diangkat. Jadi misi saya setelah pulang dari rumah sakit adalah menambah 8 kg untuk mencapai berat badan ideal saya :D



*to be continued
**jadinya kok saya dianggep cerita horor sih posting beginian? padahal kan cuma mau share, hueee *mukul2 dada cimot* #lhaa #cimotlagi