Pages

Saturday, May 14, 2011

Balada Nomaden

Sudah 3 kali ini saya pindah kosan selama tinggal di Cikarang Baru. Kosan pertama saya, rumah 1 lantai dengan 4 kamar, 1 kamar mandi, 1 ruang tengah dan 1 dapur mungil. Kosan ini cukup nyaman, karena berasa seperti rumah, bukan seperti kos-kosan. Bisa makan, nonton TV sambil curcol di ruang tengah sekalian setrika.

Lagipula tidak ada ibu kos yang menjaga disini. Tapi kondisi cukup aman dan nyaman. Tidak enaknya adalah letaknya dekat dengan sungai, jadi sewaktu Cikarang Baru kebanjiran, kosan inipun kena. Sudah 2 kali kosan ini kebanjiran, dan yang terakhir airnya sampai masuk ke kamar saya, kira-kira 10 cm tingginya. Barang-barang dan buku yang ada di atas lantai terendam air T_T

Salah satu korbannya adalah kamera pocket saya dan adaptor laptop, karena waktu itu saya letakkan di atas buku yang bergeletakan di atas lantai. Keduanya mati total, jadi saya harus beli baru T_T

Beberapa bulan kemudian saya pindah ke kosan kedua. Letaknya masih di gang yang sama dengan kosan lama, tapi lebih menjauhi sungai. Saya, Elly dan Ester menjadi penghuni pertama di kosan ini. Kami mulai mengetag sejak dari kosan ini masih dibangun dan belum jadi. Dikarenakan sudah ada hawa-hawa pengusiran dari kosan pertama :D

Ceritanya kosan lama itu dijual murah oleh ibu kosnya kepada temannya, karena si ibu kos butuh uang. Ibu kos yang baru ini mungkin setengah hati mengelola kos, dan memilih untuk menjual rumah ini yang sampe sekarang masih belum laku. Jadinya kita harus mencari kosan baru.

Kosan kedua adalah sebuah rumah 2 lantai, 15 kamar tidur dan 5 kamar mandi. Tidak ada dapur atau ruang tengah untuk sekedar nongkrong-nongkrong cantik sambil ngerumpi ria disini. Ada sih tempat nongkrong, di balkon lantai 2. Tapi untuk ke balkon kita harus loncat jendela dulu, dan akhirnya jendela inipun oleh bapak kos dipasangi teralis :(

Kata anak-anak sih kosan ini sedikit mistis. Ada cerita tentang bercak darah yang tiba-tiba muncul di kamar. Atau suara orang asma di sebelah kamar, padahal sebelah kamarnya adalah jemuran. Ada juga anak kos yang ditiup-tiup kepalanya waktu tidur. Dan alhamdulilah dari semua cerita itu, bukan saya yang mengalami. Amit-amit jabang baby jangan sampai deh :D

Selain beberapa hal mistis ini, ada satu hal lagi yang bikin gak kerasan di kosan ini. Bapak kosnya. Lha kenapa bapak kos? Dulu awal-awal kosan ini ditempati, si bapak berjanji kalau kosan sudah penuh akan dibuat dapur, jemuran juga akan diperluas. Tapi sampai sekarang belum direalisasikan. Selain itu si bapak juga agak bawel dengan bayaran kosan. Dia salah satu korbannya :D

Dan minggu kemarin, saya, Elly dan Ester resmi pindah ke kosan baru. Kosan 2 lantai dengan 17 kamar. Dari awal lihat langsung suka karena ada balkon dan dapur disini. Minimal bisa masak mi instan lah :D

view genteng kosan baru

sunset view dari atas genteng kosan baru

Untungnya waktu pindahan dibantu oleh 2 ekor jinnya Elly Agung dan Wawan. Lumayan terbantu untuk angkat-angkat barang yang cukup besar seperti rak buku. Tapi tetep dong, saya angkat sendiri buku dan majalah yang berat-berat itu. Dan hasilnya adalah bisep kram sampai seminggu :D

masih berantakan

lumayan rapi ^^

Pindahan itu capek, jendral!!

Monday, May 9, 2011

Jabal Rahmah dan Ondel-Ondel

Jabal Rahmah

Jabal Rahmah (Mount of Mercy) adalah salah satu tempat yang paling saya ingat selama kunjungan saya umroh April kemarin. Ya tentunya selain tujuan utama yaitu Masjid Haram dan Masjid Nabawi.

Saya mengunjungi Jabal Rahmah di hari ketiga pas berada di Mekah. Selain Jabal Rahmah, agenda hari itu mengunjungi Jabal Tsur, Mina+Mudzalifah dan Jabal Hira. Pokoknya tema wisata kota Mekah ini adalah wisata gunung (Jabal=gunung). Dan memang topografi kota Mekah itu bergunung-gunung. Beda dengan di Indonesia yang kebanyakan gunungnya tanah atau batu kapur, di Mekah gunungnya batu. Dan orang membangun kota ini dengan memotong gunung berbatu.

Dan di tempat lain yang saya sebutkan itu mobil tour saya cuma lewat saja. Turun pun cuma sebentar, gak nyampe 10 menit di Jabal Tsur. Maklum, 8 dari 10 rombongan umrohnya orang berusia paruh baya keatas :)

Praktis, cuma di Jabal Rahmah ini saja yang turun agak lama. Dari awal saya sudah excited, karena muthawif(pendamping umroh) bilang disini bisa foto sama onta. Entah kenapa saya terobsesi naik onta. Dulu waktu ke Taman Safari Indonesia sama teman saya ini saya udah ngebet ingin naik onta, tapi gak keturutan karena kesorean :(

Jadi waktu dibilang di Jabal Rahmah saya bisa foto sama onta senanglah saya (wait, jadi excited pergi ke Arab cuma biar ketemu onta? | ya enggaklah!!)

Setelah sampai Jabal Rahmah saya langsung disambut bau kotoran onta. Dan mata saya langsung jelalatan nyari onta yang bisa dinaikin. Tapi, saya kecewa berat. Bukannya ketemu onta malah saya ketemu ondel-ondel disana. Onta yang saya bayangkan itu hewan padang pasir eksotis berwarna coklat, berpunuk dan berpelana kulit.

Onta beneran

Yang saya temui disana hewan berpelana karpet tebal warna-warni dan berkalung bunga imitasi. Dan diatas punuknya sudah seperti tenda kecil berwarna mencolok dan hore sekali. Persis seperti ondel-ondel berhias. Terang saja saya langsung ilfeel. Walaupun kata muthawif, semakin bagus hiasan ontanya semakin mahal tarif naik ontanya. Batal deh acara naik ontanya. Bahkan saya juga malas mengambil fotonya ondel-ondel ontanya.

Onta apa ondel-ondel?
Gambar dari sini

Jabal Rahmah sendiri adalah bukit kecil yang tingginya sekitar 15-20 meter dari permukaan tanah di kawasan padang Arafah. Jangan dibayangkan padang Arafah ini padang pasir berbatu dan tandus seperti padang-padang lain di kota Mekah. Banyak pohon ditanam di padang ini, jadi tampak cukup hijau untuk ukuran padang pasir. Pepohonan yang banyak ditanam disini biasa disebut Pohon Soekarno, karena dulu sewaktu kunjungan Pak Karno ke Arab Saudi beliau yang menyumbang bibit pohon ini. Pohon ini cukup membantu "mendinginkan" jamaah haji saat wukuf di Arafah.

Konon, suhu tertinggi di Arafah pernah mencapai 50 derajat Celcius waktu siang. Sampai-sampai pemerintah Arab Saudi mendirikan tiang-tiang tinggi untuk menyemprotkan hujan buatan, karena saking panasnya.

Itu kelihatan kan sprinklersnya? :D

Menurut cerita, tempat ini adalah tempat bertemunya Adam dan Hawa yang diturunkan di bumi. Dan menurut kepercayaan, Jabal Rahmah ini adalah tempat mustajab untuk berdoa minta enteng jodoh. Jadi tempat ini selalu ramai dikunjungi orang walaupun tidak sedang musim haji. Yang umroh pun datang ke tempat ini untuk berdoa.

Orang tua mendoakan anaknya agar cepat dapat jodoh. Istri berdoa agar tetap langgeng sampai kakek-nenek sama suaminya. Suami berdoa agar bisa kawin lagi langgeng dengan istrinya. Yang masih muda dan single seperti saya tentu saja berdoa biar dapat pasangan hidup #eaaa #bukannyasayadesperate #lhakansayadoanyasamaTuhan #bukankemanusia #iyaiyaneng #hashtagnyakokgakkelar2sih

*My prince charming, gak usah sungkan pake GPS atau nanya alamatku sama orang ya, jangan nyasar terus. OK? :D*

Sayangnya sepanjang tangga menuju puncak Jabal Rahmah yang ditandai tiang beton berukuran kurang lebih 1x6 meter ini banyak pedagang dan tukang foto dadakan yang mengganggu pengunjung. Mereka memaksa kita mau difoto oleh mereka. Saya sempat diminta tolong oleh seorang ibu dari Turki untuk mengambil fotonya dengan background tugu di Jabal Rahmah, eh dengan seenaknya si fotografer amatir merebut kamera polaroid ibu itu dari tangan saya. Ya jadinya kita tarik-tarikan kamera lah. Dan akhirnya setelah si fotografer itu disemprot sama si ibu, baru dia melepaskan pegangannya.

Belum lagi pengemis-pengemis cilik dan *maaf* cacat yang bertebaran di tangga menangis menjerit minta sedekah. Gak di Arab atau di Indonesia, di sekitar tempat-tempat seperti itu pasti banyak pengemis. Bukannya tidak mau memberi sedekah atau apa, tapi menurut saya memberi uang begitu saja tidak akan membantu mendewasakan anak-anak itu.

"Give a man a fish and he won't starve for a day. Teach a man how to fish and he won't starve for his entire life" - Chinese proverb

(tapi mereka kan masih anak2, lagian songong banget kamu neng, sok bisa ngajarin orang | ya emang ini kan sotoy dan songong2nya saya)

Balik lagi ke Jabal Rahmah. Diatas bukit ini biasanya para jamaah haji/umroh berdoa. Ada yang cuma melihat-lihat dan berfoto. Beberapa jamaah dari negeri lain yang solat lantas berdoa. Ada juga yang berebutan menulis nama dengan spidol di tugu beton penanda puncak Jabal Rahmah itu. Sampai-sampai bagian bawah tugu itu menghitam penuh tulisan. Konon, kalau menulis nama sendiri dan nama pasangan, maka hubungannya akan langgeng. Kata muthawif saya, itu semacam tourist trap, lha wong sewa spidol untuk menulis nama saja harus membayar 5 real.

Bawahnya item banget, itu bekas spidol semua

Padahal kalau dipikir-pikir, untuk menghormati pertemuan dua manusia pertama di muka bumi ini gak perlu menulis nama segala. Toh jaman Adam dan Hawa waktu bertemu juga tidak menulis nama di tugu. Boro-boro nulis nama, spidol saja waktu itu belum ada. Bahkan tugu betonnya pun belum ada sepertinya. Jadi doa saja cukup tanpa harus berlebihan berebutan menulis nama seperti itu.
Ah, tapi ini pemikiran saya sendiri. Biasalah, sotoy :)