Pages
Friday, November 23, 2012
Tuesday, November 20, 2012
Mikirin Negara
Hari Sabtu kemarin saya ke nonton Skyfall dan ke Gramed, beli 2 buah buku. Skyfall gak perlu diceritain atau direview lah ya. Coba cek aja di imdb atau rotten tomatoes. Kalo rating saya pribadi sih skornya 4/5.
Yang pengen saya posting disini adalah buku yang saya beli. Satunya tentang sejarah Tionghoa di Indonesia yang merupakan kumpulan tulisan wartawan Republika. Saya lumayan takjub baca buku ini karena banyak sekali cerita sejarah yang tidak saya ketahui. Ada cerita tentang tokoh Tionghoa yang jadi tokoh pergerakan di jaman kemerdekaan Indonesia tapi namanya tidak pernah ada di buku sejarah. Ada juga cerita tentang Republik Lanfang di Kalimantan Barat yang saya gak pernah dapat di pelajaran sejarah di sekolah, tapi ketika diketik di google ada beberapa source bacaan tersedia. (Pengarang buku sejarah yang diajarkan di sekolah itu terlalu diskriminatif sama golongan minoritas dan terlalu java-is apa ya?)
Saya sih pada dasarnya suka belajar sejarah, walaupun suka mixed up antara tahun kejadian ini dan itu. Dan gak terbatas sejarah kuno bangsa antah berantah gitu, sejarah Indonesia saya juga suka. Ini bukan berarti saya orangnya susah move on karena suka sejarah *abaikan kalimat ini*. History is fascinating. Dan sisi plusnya, it's educative.
Satu buku sudah khatam dibaca. Lanjut buku selanjutnya, which is buku yang ditulis Bpk Adhyaksa Dault. Nah gara-gara baca buku ini nih saya jadi googling keterangan yang ditulis di buku, yang menyebutkan ranking Indonesia diantara 16 negara lainnya yang disurvei. Apa yang disurvei? Tingkat korupsi. Dan hasilnya? Nih lihat saja di gambar.
Ujung-ujungnya kalau sudah baca buku semacam ini adalah...mikirin negara. Akar permasalahan yang bisa bikin negara kayak gitu apa, atau apa yang bisa dilakukan biar bisa mengurangi atau bahkan memberantas hal semacam itu. I used to have imaginary dialogues in my head while and after reading book or such articles like this. But usually these imaginary dialogues finally fade away and washed off of my head. I feel like a jerk sometimes, drown in this "mikirin negara" utopia without doing something real :(
Yang pengen saya posting disini adalah buku yang saya beli. Satunya tentang sejarah Tionghoa di Indonesia yang merupakan kumpulan tulisan wartawan Republika. Saya lumayan takjub baca buku ini karena banyak sekali cerita sejarah yang tidak saya ketahui. Ada cerita tentang tokoh Tionghoa yang jadi tokoh pergerakan di jaman kemerdekaan Indonesia tapi namanya tidak pernah ada di buku sejarah. Ada juga cerita tentang Republik Lanfang di Kalimantan Barat yang saya gak pernah dapat di pelajaran sejarah di sekolah, tapi ketika diketik di google ada beberapa source bacaan tersedia. (Pengarang buku sejarah yang diajarkan di sekolah itu terlalu diskriminatif sama golongan minoritas dan terlalu java-is apa ya?)
Saya sih pada dasarnya suka belajar sejarah, walaupun suka mixed up antara tahun kejadian ini dan itu. Dan gak terbatas sejarah kuno bangsa antah berantah gitu, sejarah Indonesia saya juga suka. Ini bukan berarti saya orangnya susah move on karena suka sejarah *abaikan kalimat ini*. History is fascinating. Dan sisi plusnya, it's educative.
Satu buku sudah khatam dibaca. Lanjut buku selanjutnya, which is buku yang ditulis Bpk Adhyaksa Dault. Nah gara-gara baca buku ini nih saya jadi googling keterangan yang ditulis di buku, yang menyebutkan ranking Indonesia diantara 16 negara lainnya yang disurvei. Apa yang disurvei? Tingkat korupsi. Dan hasilnya? Nih lihat saja di gambar.
Ujung-ujungnya kalau sudah baca buku semacam ini adalah...mikirin negara. Akar permasalahan yang bisa bikin negara kayak gitu apa, atau apa yang bisa dilakukan biar bisa mengurangi atau bahkan memberantas hal semacam itu. I used to have imaginary dialogues in my head while and after reading book or such articles like this. But usually these imaginary dialogues finally fade away and washed off of my head. I feel like a jerk sometimes, drown in this "mikirin negara" utopia without doing something real :(
Thursday, November 8, 2012
Belajar Sejarah di Museum Ullen Sentalu
Halo blog, kasian ya kamu lama gak disambangin yang punya *pukpuk pake tangan Zayn Malik*
Jadi gini, libur lebaran Idul Adha kemarin saya solo traveling ke Jogja. Salah satu kota favorit saya, setelah Malang tentunya :) Jadi sudah beberapa kali saya ke Jogja tapi rasanya tempat ini gak habis-habis pesonanya buat dieksplorasi *ini yang penduduk aslinya baca statemen saya bisa kembang-kempis idungnya*.
Nah, kali ini saya sempatin ke museum Ullen Sentalu yang terletak di wilayah taman wisata Kaliurang, sekitar 25 km dari pusat kota Jogja. Herannya, gak banyak warga Jogja sendiri yang tahu keberadaan museum ini. Sempat saya bertanya sama sopir bis ke arah Kaliurang gimana cara mencapai museum ini, eh dia tidak tahu. Oh iya, sangat jarang ada kendaraan umum yang melewati museum ini. Jadi bagi yang ingin kesana disarankan naik kendaraan pribadi saja.
Harga tiket masuk museum ini 25 ribu rupiah untuk dewasa, dan 15 ribu rupiah untuk anak-anak. Untuk visitor mancanegara tiketnya 50 ribu untuk dewasa dan 25 ribu untuk anak-anak (i'm wonderin teman saya satu ini bakal bayar berapa kalau kesini karena mukanya kayak turis korea #dikeplak). Cukup mahal ya untuk ukuran tiket masuk museum? But it's all worth it *trust me*.
Ullen Sentalu sendiri adalah akronim dari "Ulating Blencong Sejatine Tataraning Lumaku" yang artinya “Nyala lampu blencong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan”. Blencong itu lampu minyak yang biasa dipake pas wayang kulit.
Masuk museum ini kita bakal ditemani seorang guide. Di museum ini koleksi yang dipamerkan gak dikasih label. Agak menyusahkan sih ya, mana gak boleh ambil foto juga. Tapi guidenya menjelaskan dengan detail banget, sampai filosofi ruangan dan segala macamnya *kudos*. Kita bakal dibawa ke Ruang Seni Tari dan Gamelan yang isinya lukisan tari dan seperangkat gamelan *yaiyalah*. Kemudian masuk ke lorong bawah tanah Guwo Selo Giri kita akan disambut *halah* dengan lukisan dan foto dokumentasi tokoh kraton Dinasti Mataram Islam. Mulai dari kraton Yogyakarta, Surakarta, Paku Alaman dan Mangkunegaran. Sedih ya, ada satu kerajaan besar yaitu Mataram yang kemudian terpecah belah akibat politik devide et impera kolonial Belanda. Verdomme!
Menjelajahi ruangan dengan ditemani narasi guide yang lancar dan merepet cepat bagai petasan, saya mendapat banyak pengetahuan baru tentang tokoh-tokoh keraton ini. Seperti misalnya sejarah Sultan HB IX yang sangat dicintai rakyatnya. Beliau menyumbangkan uang 6 juta gulden pada waktu itu untuk membantu negara RI yang barusan memproklamasikan kemerdekaannya. Gak cuma itu, saya juga baru tahu kalau lifestyle tokoh keraton jaman dulu itu tinggi. Seperti Raden Ayu Kuspariyah ibunda PB XII yang mahir piano dan biola, serta menguasai beberapa bahasa asing dengan mahir *mendadak pengen garuk dinding gua batu karena minder*. Dan masih banyak cerita menarik tentang tokoh lainnya yang dipajang di ruangan ini (cobalah iseng memperhatikan pigura dan lukisan lebih tajam, akan banyak detail menarik yang ada disitu).
Lokasi berikutnya adalah area Kampung Kambang, dimana setiap ruangan terletak di atas kolam air *yang bagi saya seperti selokan #merusakcerita #ditabok*. Ruangan pertama adalah Ruang Syair, yang diperuntukkan kepada GRAj Koes Sapariyam, putri PB XI, yang punya panggilan akrab Tineke. Ruang ini berisi syair yang ditujukan kepada Tineke dari kerabat dan teman-teman beliau karena saat itu beliau sedang bersedih akibat kisah cintanya tidak disetujui ibundanya. *Masuk akal banget sih kalo jaman dulu hiburan buat putri yang galau itu adalah syair-syair puisi. Maklum belum ada socmed #ngok*
Selanjutnya adalah Royal Room Ratu Mas yang dipersembahkan untuk permaisuri PB X. Ruangan ini berisi lukisan, foto dan koleksi barang pribadi permaisuri, yang ternyata menggambarkan bahwa beliau adalah wanita yang modis. Lanjut lagi ke dua ruangan yang khusus menampilkan koleksi batik, satu batik khas keraton Surakarta dan satu lagi khas keraton Yogyakarta. Nah bedanya apa? Ya beda dong, makanya dipajang di dua ruangan yang berbeda *not helping, sigh*.
Batik Solo itu warna dasarnya sogan atau kuning gelap, sedangkan batik Yogya warna dasarnya adalah putih. Pada dasarnya setiap motif batik tradisional itu ada filosofinya. Seperti Sidomukti yang maknanya mengandung harapan kebahagiaan lahir dan batin. Karena makna filosofisnya inilah, kain batik tidak boleh dipergunakan sembarangan. Motif Tuntrum misalnya, dipakai orang tua pengantin pada saat pernikahan karena bermakna menuntun. Diharapkan orang tua yang memakainya mampu memberi contoh dan petunjuk yang baik kepada putra-putrinya yang mau memasuki kehidupan berumah tangga *eaaa, bahasanya neng*.
Hosh hosh, lanjut ceritanya. Selanjutnya ruangan yang dimasuki adalah Ruang Putri Dambaan. Ruang ini dikhususkan untuk GRAy Siti Nurul Kamaril Ngarasati Kusumawardhani Soerjosoejarso -panggil saja Gusti Nurul- putri dari Mangkunegara VII. Sesuai nama ruangan ini, beliau memang dambaan banyak pria pada masa itu, kecantikannya sudah tersohor kemana-mana. Bahkan mungkin kalau saya hidup di jaman itu dan jadi laki-laki bisa jadi saya juga naksir beliau *halah banget*. Lha gimana gak jadi dambaan banyak pria, selain cantik beliau juga mahir tenis, berenang dan berkuda. Eits, jangan ngaco dengan menyebutkan kuda lumping, karena beliau memang mahir berkuda beneran bahkan sering memenangkan berbagai perlombaan. Gusti Nurul ini juga pernah menampilkan tari di pernikahan putri Juliana di Belanda. Karena gamelannya tidak boleh dibawa ke Belanda maka waktu itu Gusti Nurul menari dengan alunan gamelan dari telepon yang dimainkan di Solo.
Nah keren banget kan beliau ini, udah cantik, pintar menari, mahir berkuda, putri lagi. Gak heran Soekarno, Sultan Hamengkubuwono IX dan Sutan Sjahrir pun naksir. Tapi kerennya Gusti Nurul ini, beliau menolak karena berprinsip tidak mau dipoligami dan menolak menikahi politisi. Karena prinsip inilah beliau baru menikah di usia 30 tahun dengan pria pilihannya sendiri, Kolonel Soejarso yang bukan politisi dan bukan raja. Pilihannya adalah seorang lelaki sederhana *tsaaahh....opo iki?*.
Kemudian menuju ruang terakhir lewat Koridor Retja Landa yang banyak memajang arca dewa-dewi Hindu dan Budha dari abad 8 Masehi. Yang saya paling ingat adalah arca Ganesha dimana guidenya menjelaskan bahwa kenapa perut Ganesha digambarkan buncit, itu karena jaman dahulu dianggap disitulah tempat menyimpan ilmu dan kebijaksanaan. Saya sih dalam hati menganggap itu cuma pembelaan orang-orang jaman dulu yang berperut buncit :D
Dan ngomong-ngomong di belakang arca Ganesha ini ada kolam yang berisi ikan dan kecebong yang hampir sebanyak cendol, sudah mulai berkaki pula, hiiyyy #detailgakpenting.
Ruang terakhir adalah Sasana Sekar Bawana yang berisikan lukisan dan patung. Diantaranya adalah lukisan Sri Sultan HB X dan permaisuri Ratu Hemas sedang menerima kunjungan kenegaraan dari Pangeran Charles dan Putri Diana. Ada juga lukisan tari Bedaya Ketawang yang sakral dan agak mistis, karena menggambarkan 9 penari dan Kanjeng Ratu Kidul yang digambar menerawang sebagai penari kesepuluhnya.
Termasuk dalam paket tur museum Ullen Sentalu ini adalah pengunjung diberi kesempatan mencicipi minuman spesial resep khusus dari Kanjeng Ratu Mas. Minuman yang berasa di lidah saya campuran jahe, cengkeh dan gula jawa ini konon katanya bisa bikin sehat dan awet muda. Oiya pada saat tur saya sempat melihat ada ruangan khusus untuk anak-anak kecil belajar menari Jawa. Pengunjung museum pun diperbolehkan ikut belajar disitu, tapi pada waktu itu saya lebih milih foto-foto di taman dalam kompleks museum ini :hammer.
P.S: kalau ke Jogja lagi wajib kesini lagi, i LOVE this place definitely :)
Jadi gini, libur lebaran Idul Adha kemarin saya solo traveling ke Jogja. Salah satu kota favorit saya, setelah Malang tentunya :) Jadi sudah beberapa kali saya ke Jogja tapi rasanya tempat ini gak habis-habis pesonanya buat dieksplorasi *ini yang penduduk aslinya baca statemen saya bisa kembang-kempis idungnya*.
Nah, kali ini saya sempatin ke museum Ullen Sentalu yang terletak di wilayah taman wisata Kaliurang, sekitar 25 km dari pusat kota Jogja. Herannya, gak banyak warga Jogja sendiri yang tahu keberadaan museum ini. Sempat saya bertanya sama sopir bis ke arah Kaliurang gimana cara mencapai museum ini, eh dia tidak tahu. Oh iya, sangat jarang ada kendaraan umum yang melewati museum ini. Jadi bagi yang ingin kesana disarankan naik kendaraan pribadi saja.
Harga tiket masuk museum ini 25 ribu rupiah untuk dewasa, dan 15 ribu rupiah untuk anak-anak. Untuk visitor mancanegara tiketnya 50 ribu untuk dewasa dan 25 ribu untuk anak-anak (i'm wonderin teman saya satu ini bakal bayar berapa kalau kesini karena mukanya kayak turis korea #dikeplak). Cukup mahal ya untuk ukuran tiket masuk museum? But it's all worth it *trust me*.
tiket masuk museum
Ullen Sentalu sendiri adalah akronim dari "Ulating Blencong Sejatine Tataraning Lumaku" yang artinya “Nyala lampu blencong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan”. Blencong itu lampu minyak yang biasa dipake pas wayang kulit.
kali ada yang penasaran blencong itu kyk gimana (source:wayang.wordpress.com)
Masuk museum ini kita bakal ditemani seorang guide. Di museum ini koleksi yang dipamerkan gak dikasih label. Agak menyusahkan sih ya, mana gak boleh ambil foto juga. Tapi guidenya menjelaskan dengan detail banget, sampai filosofi ruangan dan segala macamnya *kudos*. Kita bakal dibawa ke Ruang Seni Tari dan Gamelan yang isinya lukisan tari dan seperangkat gamelan *yaiyalah*. Kemudian masuk ke lorong bawah tanah Guwo Selo Giri kita akan disambut *halah* dengan lukisan dan foto dokumentasi tokoh kraton Dinasti Mataram Islam. Mulai dari kraton Yogyakarta, Surakarta, Paku Alaman dan Mangkunegaran. Sedih ya, ada satu kerajaan besar yaitu Mataram yang kemudian terpecah belah akibat politik devide et impera kolonial Belanda. Verdomme!
Menjelajahi ruangan dengan ditemani narasi guide yang lancar dan merepet cepat bagai petasan, saya mendapat banyak pengetahuan baru tentang tokoh-tokoh keraton ini. Seperti misalnya sejarah Sultan HB IX yang sangat dicintai rakyatnya. Beliau menyumbangkan uang 6 juta gulden pada waktu itu untuk membantu negara RI yang barusan memproklamasikan kemerdekaannya. Gak cuma itu, saya juga baru tahu kalau lifestyle tokoh keraton jaman dulu itu tinggi. Seperti Raden Ayu Kuspariyah ibunda PB XII yang mahir piano dan biola, serta menguasai beberapa bahasa asing dengan mahir *mendadak pengen garuk dinding gua batu karena minder*. Dan masih banyak cerita menarik tentang tokoh lainnya yang dipajang di ruangan ini (cobalah iseng memperhatikan pigura dan lukisan lebih tajam, akan banyak detail menarik yang ada disitu).
Lokasi berikutnya adalah area Kampung Kambang, dimana setiap ruangan terletak di atas kolam air *yang bagi saya seperti selokan #merusakcerita #ditabok*. Ruangan pertama adalah Ruang Syair, yang diperuntukkan kepada GRAj Koes Sapariyam, putri PB XI, yang punya panggilan akrab Tineke. Ruang ini berisi syair yang ditujukan kepada Tineke dari kerabat dan teman-teman beliau karena saat itu beliau sedang bersedih akibat kisah cintanya tidak disetujui ibundanya. *Masuk akal banget sih kalo jaman dulu hiburan buat putri yang galau itu adalah syair-syair puisi. Maklum belum ada socmed #ngok*
Selanjutnya adalah Royal Room Ratu Mas yang dipersembahkan untuk permaisuri PB X. Ruangan ini berisi lukisan, foto dan koleksi barang pribadi permaisuri, yang ternyata menggambarkan bahwa beliau adalah wanita yang modis. Lanjut lagi ke dua ruangan yang khusus menampilkan koleksi batik, satu batik khas keraton Surakarta dan satu lagi khas keraton Yogyakarta. Nah bedanya apa? Ya beda dong, makanya dipajang di dua ruangan yang berbeda *not helping, sigh*.
Batik Solo itu warna dasarnya sogan atau kuning gelap, sedangkan batik Yogya warna dasarnya adalah putih. Pada dasarnya setiap motif batik tradisional itu ada filosofinya. Seperti Sidomukti yang maknanya mengandung harapan kebahagiaan lahir dan batin. Karena makna filosofisnya inilah, kain batik tidak boleh dipergunakan sembarangan. Motif Tuntrum misalnya, dipakai orang tua pengantin pada saat pernikahan karena bermakna menuntun. Diharapkan orang tua yang memakainya mampu memberi contoh dan petunjuk yang baik kepada putra-putrinya yang mau memasuki kehidupan berumah tangga *eaaa, bahasanya neng*.
Hosh hosh, lanjut ceritanya. Selanjutnya ruangan yang dimasuki adalah Ruang Putri Dambaan. Ruang ini dikhususkan untuk GRAy Siti Nurul Kamaril Ngarasati Kusumawardhani Soerjosoejarso -panggil saja Gusti Nurul- putri dari Mangkunegara VII. Sesuai nama ruangan ini, beliau memang dambaan banyak pria pada masa itu, kecantikannya sudah tersohor kemana-mana. Bahkan mungkin kalau saya hidup di jaman itu dan jadi laki-laki bisa jadi saya juga naksir beliau *halah banget*. Lha gimana gak jadi dambaan banyak pria, selain cantik beliau juga mahir tenis, berenang dan berkuda. Eits, jangan ngaco dengan menyebutkan kuda lumping, karena beliau memang mahir berkuda beneran bahkan sering memenangkan berbagai perlombaan. Gusti Nurul ini juga pernah menampilkan tari di pernikahan putri Juliana di Belanda. Karena gamelannya tidak boleh dibawa ke Belanda maka waktu itu Gusti Nurul menari dengan alunan gamelan dari telepon yang dimainkan di Solo.
foto Gusti Nurul sewaktu muda, dapet dari Google
Nah keren banget kan beliau ini, udah cantik, pintar menari, mahir berkuda, putri lagi. Gak heran Soekarno, Sultan Hamengkubuwono IX dan Sutan Sjahrir pun naksir. Tapi kerennya Gusti Nurul ini, beliau menolak karena berprinsip tidak mau dipoligami dan menolak menikahi politisi. Karena prinsip inilah beliau baru menikah di usia 30 tahun dengan pria pilihannya sendiri, Kolonel Soejarso yang bukan politisi dan bukan raja. Pilihannya adalah seorang lelaki sederhana *tsaaahh....opo iki?*.
Kemudian menuju ruang terakhir lewat Koridor Retja Landa yang banyak memajang arca dewa-dewi Hindu dan Budha dari abad 8 Masehi. Yang saya paling ingat adalah arca Ganesha dimana guidenya menjelaskan bahwa kenapa perut Ganesha digambarkan buncit, itu karena jaman dahulu dianggap disitulah tempat menyimpan ilmu dan kebijaksanaan. Saya sih dalam hati menganggap itu cuma pembelaan orang-orang jaman dulu yang berperut buncit :D
Dan ngomong-ngomong di belakang arca Ganesha ini ada kolam yang berisi ikan dan kecebong yang hampir sebanyak cendol, sudah mulai berkaki pula, hiiyyy #detailgakpenting.
Ruang terakhir adalah Sasana Sekar Bawana yang berisikan lukisan dan patung. Diantaranya adalah lukisan Sri Sultan HB X dan permaisuri Ratu Hemas sedang menerima kunjungan kenegaraan dari Pangeran Charles dan Putri Diana. Ada juga lukisan tari Bedaya Ketawang yang sakral dan agak mistis, karena menggambarkan 9 penari dan Kanjeng Ratu Kidul yang digambar menerawang sebagai penari kesepuluhnya.
Termasuk dalam paket tur museum Ullen Sentalu ini adalah pengunjung diberi kesempatan mencicipi minuman spesial resep khusus dari Kanjeng Ratu Mas. Minuman yang berasa di lidah saya campuran jahe, cengkeh dan gula jawa ini konon katanya bisa bikin sehat dan awet muda. Oiya pada saat tur saya sempat melihat ada ruangan khusus untuk anak-anak kecil belajar menari Jawa. Pengunjung museum pun diperbolehkan ikut belajar disitu, tapi pada waktu itu saya lebih milih foto-foto di taman dalam kompleks museum ini :hammer.
P.S: kalau ke Jogja lagi wajib kesini lagi, i LOVE this place definitely :)
Thursday, August 23, 2012
Things I Learned This Holiday
1. Mudik ke Malang + bulan2 segini - Jaket Tebel = Bego!
Ceritanya saya nyampe di rumah udah malem, dijemput pake motor dan cuma pake cardigan sama kaos biasa doang. Taunya hawa Malang plus angin minus jaket itu besoknya sukses bikin saya masuk angin :'|
2. Jangan pernah nyampur coklat leleh buat masak kue dengan air
Pas lebaran saya biasanya bikin bola2 coklat sama mbak, dan sudah beberapa kali membuat, baru tahun ini bola2 coklatnya gagal :'(
Selain coklatnya jadi gak mengkilat, teksturnya pun jadi aneh kalo ketambahan air. Bola coklat, big fail!!
3. Selimut itu walaupun lama di lemari belum tentu bebas debu
Ini cerita lebaran juga, jadi saya itu biduran #ngokbanget #gakelit karena kemungkinan besar alergi debu dari selimut itu. Jadi ceritanya saya punya selimut favorit di rumah, enak banget dan anget banget, disimpen lama sama ibu di dalam lemari. Eh ndilalah kok kulit saya gatel-gatel abis pake itu selimut (manja banget, sama debu aja alergi).
4. Lebih banyak orang yang menghabiskan libur lebaran di tempat wisata
Dulu-dulu itu ya, orang libur lebaran lebih banyak dihabiskan buat berkunjung ke rumah saudara, family atau gathering semacam itulah. Tapi semakin kesini, kayaknya semakin banyak orang yang pas libur lebaran mengunjungi tempat-tempat wisata. Pantes jalanan jadi semakin ramai.
5. Ucapan selamat lebaran era 2.0
Kayaknya hari gini udah semakin jarang yang sms/telpon ngucapin selamat lebaran, apalagi kirim kartu lebaran via pos. Lebih banyak yang via messenger, twitter, fesbuk, whatsapp, e-card. Ya saya juga gitu sih :hammer
Labels:
mudik
Saturday, May 12, 2012
Hemat Beb
Walaupun judul postingnya begitu ini sama sekali gak ngebahas iklan operator seluler itu lho ya, cuma pinjem jargon aja :D
Awal minggu ini saya iseng bikin resolusi, pengeluaran selama sehari dalam satu minggu ini maksimum 10 ribu. Selain niat pengiritan, juga nostalgia jamansusah sekolah dan kuliah yang kayaknya duit segitu cukup-cukup aja tuh. Iya sih gak bisa dibandingin apple-to-apple, pas SMA saja kosan saya cuma 50 ribu sebulan. Kalo mau dimasakin sekalian sama ibu kosnya tinggal nambah 30 ribu. Kalau kosan waktu saya kuliah 100 ribu sebulan. Murah banget kalau dibandingin sama sekarang, disini. *yaiyalah :hammer*
Pas kuliah itu kayaknya harga apa-apa masih murah. Duit 4000 udah bisa beli soto ayam yang enaknya nyampe ubun-ubun. Ples waktu itu kosan sama kampus gak jauh, tinggal pilih mau ngesot, koprol, ngglinding atau jalan kaki biasa nyampenya juga cepet.
Di hari pertama minggu ini resolusi saya sudah gagal. Total pengeluaran sehari 11000, kelebihan seribu doang sih, tapi tetep aja gagal. Lantas entah ada angin apa saya cerita resolusi minggu beta version kepada bibik, dan ndilalah pada akhirnya kita jadi punya resolusi-minggu-ini-yang-disempurnakan. *penting ya sampe di-bold*
Jadinyaaaa...kita sepakat, pengeluaran maksimal selama selasa-sabtu minggu ini adalah 75 ribu. Kenapa mulai selasa? Ya emang bikin kesepakatannya selasa. Trus kenapa sabtu bukan minggu? Karena minggu kita mau ke jakarta dan sudah pasti limit 75 ribu itu bakal jebol dengan brutalnya. Dan kenapa 75 ribu? Itu sudah harga tawar-menawar diantara kami berdua #apasih. Bukannya mau nyombong juga dengan pamer sok ngirit atau sok susah, duit segitu bisa aja cuma dianggep seupil buat sebagian orang, tapi bisa jadi sebaliknya. Berharga buat sebagian orang yang lain :)
#ngelantur #maklumudahlamagaknulis
Nah cara kita mengirit agar resolusi tercapai adalah meminimalisir ojek dan jajan (babay otak-otak, kebab, muesli, bebek jontor, soto madura, dan teman-temannya). Sekali jalan dari kosan ke kantor saja sudah 7 ribu. PP 14 ribu dong? Over limit nanti resolusinya. Salah satu cara mengurangi ojek adalah naik bis jemputan dari kantor, atau nebeng. Yang terakhir itu sering dilakukan bibik *pahalanya krisna banyak tuh bik :))*
Dan postingan ini ditulis pada sabtu sore, hari terakhir berarti. Limit saya tinggal 21 ribu dan limitnya si bibik tinggal 17 ribu. Semoga cukup sampai hari sabtunya berakhir XD
*gambar celengan ayam dari sini
** after the end of the day, limit si bibik sisa 2500 dan saya sisa 9500, gak ada yang kalah dan harus nraktir nih :))
kenapa juga majang celengan ayam?
Awal minggu ini saya iseng bikin resolusi, pengeluaran selama sehari dalam satu minggu ini maksimum 10 ribu. Selain niat pengiritan, juga nostalgia jaman
Pas kuliah itu kayaknya harga apa-apa masih murah. Duit 4000 udah bisa beli soto ayam yang enaknya nyampe ubun-ubun. Ples waktu itu kosan sama kampus gak jauh, tinggal pilih mau ngesot, koprol, ngglinding atau jalan kaki biasa nyampenya juga cepet.
Di hari pertama minggu ini resolusi saya sudah gagal. Total pengeluaran sehari 11000, kelebihan seribu doang sih, tapi tetep aja gagal. Lantas entah ada angin apa saya cerita resolusi minggu beta version kepada bibik, dan ndilalah pada akhirnya kita jadi punya resolusi-minggu-ini-yang-disempurnakan. *penting ya sampe di-bold*
Jadinyaaaa...kita sepakat, pengeluaran maksimal selama selasa-sabtu minggu ini adalah 75 ribu. Kenapa mulai selasa? Ya emang bikin kesepakatannya selasa. Trus kenapa sabtu bukan minggu? Karena minggu kita mau ke jakarta dan sudah pasti limit 75 ribu itu bakal jebol dengan brutalnya. Dan kenapa 75 ribu? Itu sudah harga tawar-menawar diantara kami berdua #apasih. Bukannya mau nyombong juga dengan pamer sok ngirit atau sok susah, duit segitu bisa aja cuma dianggep seupil buat sebagian orang, tapi bisa jadi sebaliknya. Berharga buat sebagian orang yang lain :)
#ngelantur #maklumudahlamagaknulis
Nah cara kita mengirit agar resolusi tercapai adalah meminimalisir ojek dan jajan (babay otak-otak, kebab, muesli, bebek jontor, soto madura, dan teman-temannya). Sekali jalan dari kosan ke kantor saja sudah 7 ribu. PP 14 ribu dong? Over limit nanti resolusinya. Salah satu cara mengurangi ojek adalah naik bis jemputan dari kantor, atau nebeng. Yang terakhir itu sering dilakukan bibik *pahalanya krisna banyak tuh bik :))*
Dan postingan ini ditulis pada sabtu sore, hari terakhir berarti. Limit saya tinggal 21 ribu dan limitnya si bibik tinggal 17 ribu. Semoga cukup sampai hari sabtunya berakhir XD
*gambar celengan ayam dari sini
** after the end of the day, limit si bibik sisa 2500 dan saya sisa 9500, gak ada yang kalah dan harus nraktir nih :))
Labels:
random
Wednesday, April 11, 2012
Thursday, March 1, 2012
My First Sketch
Awful? Hahahaha bodo amat....namanya juga iseng :D
Gambar idung itu susah ternyata, biar tampak mancung seperti gambar aslinya.... Kudos to all make up artists yang bisa bikin idung terlihat lebih bagus dengan shading :))
*dan ternyata setelah difoto hasilnya emang cuma kayak gini, lain kali harus lebih pede dan tajem bikin goresan2nya #selfnote
Labels:
random
Wednesday, February 1, 2012
Perpanjang SIM via Layanan SIM Keliling
Postingan pertama di 2012 ini...
*pake kostum french maid*
*bawa kemoceng*
*bersih2 debu di pojokan*
Sabtu kemarin saya mudik ke Malang, dalam rangkaulang tahunan di rumah mengurus perpanjangan SIM yang sudah expired setahun yang lalu. Awalnya sih males-malesan mau perpanjang SIM tanggal segitu, karena ga ada libur panjang di akhir bulan Januari. Mau mudik minggu sebelumnya pas ada libur imlek, saya mikirnya kantor Samsat bakal tutup.
Jadilah mudiknya tanggal segitu. Karena masih dalam jangka waktu setahun setelah expired, saya bisa memperpanjang SIM tanpa harus bikin baru. Bayangin kalau bikin yang baru, alamaaak...pasti ribet kalau ngurus sendiri tanpa lewat calo.
Nah, sebelum saya berangkat itu sudah diwanti-wanti sama mbak yang sudah perpanjang SIM beberapa bulan sebelumnya, bahwa kantor pelayanannya itu pindah. Kalau dulu untuk wilayah Kabupaten Malang itu bisa ke kantor Samsat yang di Kepanjen, sekarang harus ke Singosari.
Yaa...tentunya yang Singosari lebih jauh dong dari rumah saya yang di Malang Selatan.
Dan menurut cerita mbak saya, perpanjang SIM itu ribet banget kalau tanpa calo. Saya sih sudah bersiap mentaldan duit untuk memakai jasa calo. Daripada urusan ribet dan gak cepet kelar, toh cuti saya cuma 2 hari.
E, ndilalah sebelum berangkat itu, ibu nelpon saya. Katanya ada layanan SIM keliling Polres Malang di Dampit. Lebih deket dari rumah saya *koprol*. Ternyata sodara-sodara, mengurus perpanjangan SIM via SIM keliling itu sangat amat gampang sekali. Hiperbola, yes?! Indeed, it was.
Menurut prosedur aslinya, kalau mendaftar di kantor Samsat, harus ada tes kesehatan, tes kepribadian, tes psikologi, tes Pauli...*tolong hentikan jari-jari saya*. Maksud saya tes kesehatan saja. Dan itu dilakukan di Puskesmas terdekat. Harus bolak balik Samsat-Puskesmas dong. Kalau di SIM keliling Polres Malang, langkahnya cukup begini saja:
1. Serahkan fotokopi KTP dan SIM, masing-masing 3 lembar kepada petugas.
Gak usah sok akrab menyerahkan kartu keanggotaan gym, ataupun kartu nama. Kecuali Anda adalah sales atau anggota MLM.
2. Isi formulir perpanjang SIM dalam map dan serahkan kepada petugasnya.
Isi formulirnya cukup standar, seperti nama, alamat, tempat tanggal lahir, pendidikan terakhir, apakah ada cacat fisik, tinggi badan, dsb. Jangan khawatir, nama pacar, nomor rekening apalagi nama binatang piaraan tidak ditanyakan :) #kalem #melipir. Jangan lupa SIM yang lama juga diserahkan. Tes kesehatannya juga tetap ada lho, tapi hanya cek tensi darah ala kadarnya. Dicatat pun sepertinya tidak :D
3. Tunggu giliran untuk difoto, scan jempol dan tanda tangan di dalam mobil SIM keliling.
Kalau mau touch up atau sisiran dulu silakan. Jangan kayak saya yang tanpa persiapan dan habis kehujanan, alhasil foto di SIM seperti tikus kecebur got :(
Oh iya, kalau merasa fotonya kurang oke boleh diulang kok, sebenarnya saya pengen ngulang foto ala ceribel gitu, tapi takutnya nanti kameranya langsung rusak. Dan pastikan jempolnya bersih ya, kalau habis ngupil ya dibersihkan dulu lah, kasian nanti yang antri di belakang Anda. *ada gitu ya yang ngupil pake jempol?*
4. Bayar biaya perpanjang SIM.
Cukup bayar Rp 130.000 untuk SIM C, dan Rp xxx untuk SIM A (maap saya gak tahu karena gak nanya-nanya, hehehe).
5. Harap-harap cemas menunggu SIM baru yang mau dibagikan.
6. Terima SIM baru dari petugas.
Gak usah sun tangan petugasnya segala, cukup bilang terimakasih saja. Jangan tergoda juga bertukar nomer HP sama petugasnya, walaupun Anda dibilang cakep, manis atau apapun, ya kecuali petugasnya ganteng :hammer.
Simpel bukan prosesnya? Daripada harus jauh-jauh ke kantor Samsat dan harus berurusan dengan calo? Nah, kalau jadwal layanan SIM keliling Polres Malang bisa dilihat disini nih http://www.satlantasresmalang.com/jadwalsim-1.php
*ternyata di SIM baru ini, nama, bulan lahir dan tinggi badan saya typo....aaarrrrgggghhhhh >_<
*pake kostum french maid*
*bawa kemoceng*
*bersih2 debu di pojokan*
Sabtu kemarin saya mudik ke Malang, dalam rangka
Jadilah mudiknya tanggal segitu. Karena masih dalam jangka waktu setahun setelah expired, saya bisa memperpanjang SIM tanpa harus bikin baru. Bayangin kalau bikin yang baru, alamaaak...pasti ribet kalau ngurus sendiri tanpa lewat calo.
Nah, sebelum saya berangkat itu sudah diwanti-wanti sama mbak yang sudah perpanjang SIM beberapa bulan sebelumnya, bahwa kantor pelayanannya itu pindah. Kalau dulu untuk wilayah Kabupaten Malang itu bisa ke kantor Samsat yang di Kepanjen, sekarang harus ke Singosari.
Yaa...tentunya yang Singosari lebih jauh dong dari rumah saya yang di Malang Selatan.
Dan menurut cerita mbak saya, perpanjang SIM itu ribet banget kalau tanpa calo. Saya sih sudah bersiap mental
E, ndilalah sebelum berangkat itu, ibu nelpon saya. Katanya ada layanan SIM keliling Polres Malang di Dampit. Lebih deket dari rumah saya *koprol*. Ternyata sodara-sodara, mengurus perpanjangan SIM via SIM keliling itu sangat amat gampang sekali. Hiperbola, yes?! Indeed, it was.
Menurut prosedur aslinya, kalau mendaftar di kantor Samsat, harus ada tes kesehatan, tes kepribadian, tes psikologi, tes Pauli...*tolong hentikan jari-jari saya*. Maksud saya tes kesehatan saja. Dan itu dilakukan di Puskesmas terdekat. Harus bolak balik Samsat-Puskesmas dong. Kalau di SIM keliling Polres Malang, langkahnya cukup begini saja:
1. Serahkan fotokopi KTP dan SIM, masing-masing 3 lembar kepada petugas.
Gak usah sok akrab menyerahkan kartu keanggotaan gym, ataupun kartu nama. Kecuali Anda adalah sales atau anggota MLM.
2. Isi formulir perpanjang SIM dalam map dan serahkan kepada petugasnya.
Isi formulirnya cukup standar, seperti nama, alamat, tempat tanggal lahir, pendidikan terakhir, apakah ada cacat fisik, tinggi badan, dsb. Jangan khawatir, nama pacar, nomor rekening apalagi nama binatang piaraan tidak ditanyakan :) #kalem #melipir. Jangan lupa SIM yang lama juga diserahkan. Tes kesehatannya juga tetap ada lho, tapi hanya cek tensi darah ala kadarnya. Dicatat pun sepertinya tidak :D
3. Tunggu giliran untuk difoto, scan jempol dan tanda tangan di dalam mobil SIM keliling.
Kalau mau touch up atau sisiran dulu silakan. Jangan kayak saya yang tanpa persiapan dan habis kehujanan, alhasil foto di SIM seperti tikus kecebur got :(
Oh iya, kalau merasa fotonya kurang oke boleh diulang kok, sebenarnya saya pengen ngulang foto ala ceribel gitu, tapi takutnya nanti kameranya langsung rusak. Dan pastikan jempolnya bersih ya, kalau habis ngupil ya dibersihkan dulu lah, kasian nanti yang antri di belakang Anda. *ada gitu ya yang ngupil pake jempol?*
4. Bayar biaya perpanjang SIM.
Cukup bayar Rp 130.000 untuk SIM C, dan Rp xxx untuk SIM A (maap saya gak tahu karena gak nanya-nanya, hehehe).
6. Terima SIM baru dari petugas.
Gak usah sun tangan petugasnya segala, cukup bilang terimakasih saja. Jangan tergoda juga bertukar nomer HP sama petugasnya, walaupun Anda dibilang cakep, manis atau apapun, ya kecuali petugasnya ganteng :hammer.
Simpel bukan prosesnya? Daripada harus jauh-jauh ke kantor Samsat dan harus berurusan dengan calo? Nah, kalau jadwal layanan SIM keliling Polres Malang bisa dilihat disini nih http://www.satlantasresmalang.com/jadwalsim-1.php
*ternyata di SIM baru ini, nama, bulan lahir dan tinggi badan saya typo....aaarrrrgggghhhhh >_<
Subscribe to:
Posts (Atom)