Pages

Wednesday, June 22, 2011

Can't Take My Eyes Off Of You

Tadi saya iseng ngeyoutube buat nyari Can't Take My Eyes Off Of You. Awalnya sih nyari yang versi Muse. Eh kok malah nemu ini



Can't Take My Eyes Off Of You

You're just too good to be true.
Can't take my eyes off you.
You'd be like Heaven to touch.
I wanna hold you so much.
At long last love has arrived
And I thank God I'm alive.
You're just too good to be true.
Can't take my eyes off you.

Pardon the way that I stare.
There's nothing else to compare.
The sight of you leaves me weak.
There are no words left to speak,
But if you feel like I feel,
Please let me know that it's real.
You're just too good to be true.
Can't take my eyes off you.

I love you, baby,
And if it's quite alright,
I need you, baby,
To warm a lonely night.
I love you, baby.
Trust in me when I say:
Oh, pretty baby,
Don't bring me down, I pray.
Oh, pretty baby, now that I found you, stay
And let me love you, baby.
Let me love you.

You're just too good to be true.
Can't take my eyes off you.
You'd be like Heaven to touch.
I wanna hold you so much.
At long last love has arrived
And I thank God I'm alive.
You're just too good to be true.
Can't take my eyes off you.

I love you, baby,
And if it's quite alright,
I need you, baby,
To warm a lonely night.
I love you, baby.
Trust in me when I say:
Oh, pretty baby,
Don't bring me down, I pray.
Oh, pretty baby, now that I found you, stay..



*ganteng ya masnya? sayang udah almarhum :(
btw, saya jadi pingin nonton pilmnya lagi :D*

Monday, June 20, 2011

Postingan Nyampah

"Selamat datang para pahlawan devisa".
Begitulah spanduk yang terpampang jelas di Bandara Internasional Soekarno Hatta Terminal 2. Sudah jelas spanduk ini ditujukan buat siapa. Tapi spanduk hanyalah spanduk, bukan begitu? Pada prakteknya para pahlawan-pahlawan ini gak dihargai sebagai mana mestinya. Miris.

Ini ada angin apa ya tiba-tiba saya posting beginian? Ya memang sih, karena sedang ramai berita itu. Berita tentang Ruyati, seorang TKI yang dihukum pancung di Arab Saudi. Gemes saya, geram tentu saja. Sama siapa? Sama pemerintah, pihak-pihak terkait, BNP2TKI yang kepanjangan namanya adalah Badan Penempatan dan PERLINDUNGAN Tenaga Kerja Indonesia yang tidak tampak ada usaha MELINDUNGI. Dan terakhir, sama saya sendiri. Lha kok bisa? Apa hubungan saya sama kasus Ruyati? Tidak ada, bukan? Atau menurut Anda begitu?

Saya merasa gemes sama diri sendiri. Seperti biasa, saya cuma bisa mencela dan menyalahkan kegelapan. Tapi belum bisa menyalakan lilin dan membagi cahayanya. That sucks! #gaksante
Dan karena saya masih #gaksante posting ini isinya kurang lebih cuma nyampah. Tidak ada solusi NYATA atau rasa PRIHATIN disini (butuh lebih dari sekedar prihatin untuk menyelesaikan masalah, aint it rite?).

Sebenarnya, cerita sedih tentang TKI apalagi yang bekerja jadi PRT (Pembantu Rumah Tangga) sudah lama terdengar. Tidak cuma di Arab Saudi, tapi juga di negara lain seperti Malaysia, Singapore, Hongkong, Kuwait dll. Dan menurut data Migrant Care tahun 2007 kekerasan terhadap TKI tertinggi terjadi di Malaysia (39%) dan Arab Saudi (38%). Walaupun data ini kurang relevan karena sudah lama, tapi bisa dibayangkan betapa rawannya nasib TKI di kedua negara itu.

Emang sih, gak semua TKI bernasib buruk, apes dapat majikan jahat, ada juga yang sukses tapi gak diberitakan di media (bukankah kecenderungan media kita itu berita buruk ya?).
Tetangga saya misalnya. Mereka berdua adalah suami istri yang bekerja di Jeddah, Arab Saudi selama hampir 10 tahun. Dan sepanjang waktu itu majikannya baik tuh. Malah mereka diberi kepercayaan dan dipinjami mobil majikannya untuk nganterin saya wisata keliling kota Mekkah waktu April kemarin. Gak cuma saya. Setiap ada tetangga atau saudara lagi haji/umroh, sama pasangan suami istri itu selalu diantar keliling dengan mobil majikannya.

Btw, berhubung tadi diatas saya sudah bilang mau nyampah, ya sudah sekalian saya cerita sedikit pengalaman waktu di Arab. Dari pertama kali menginjakkan kaki di Bandara King Abdul Azis, sudah terasa bagaimana perlakuan tidak simpatik dari petugas bandaranya.

Waktu itu pendaratan dua pesawat dari Indonesia, Garuda dan Lion Air hampir bersamaan. Dan mungkin memang selain jamaah umroh, di pesawat juga banyak TKW. Petugas bandaranya mengarahkan para TKW untuk masuk bis dengan tidak simpatiknya dan teriak kenceng-kenceng #gaksante "TeKaWe...TeKaWe...". Bahkan kepada jamaah umroh berseragam batik yang sudah tampak tua. "Ah, sambutan awal sama TKW aja sudah seperti ini. Gimana ntar kalo udah kerja sama mereka?", pikir saya waktu itu *sigh*.

Ada satu lagi kejadian tidak menyenangkan yang saya alami di Arab. Waktu itu saya baru pulang solat subuh dari masjid Nabawi sama Oma, mampir ke toko yang jualan gamis dan baju-baju lainnya. Penjaga tokonya laki-laki, masih muda, twenty something gitu lah. Dengan kurang ajarnya dia colek-colek saya. Kalau saya waktu itu memakai pakaian yang gak beres atau keganjenan sih mungkin saya akan menyalahkan saya sendiri. Lha ini, saya baru pulang dari masjid, masih pakai mukena lengkap, gak ngapa-ngapain kecuali bantu Oma milih gamis. Dengan muka kesel saya keluar aja dari toko itu, nunggu Oma dari luar. *Emangnya saya selai, dicolek-colek?* :mad

Balik lagi ke awal, tentang Ruyati. Selain Ruyati masih ada 23 TKI lain yang terancam hukuman mati. Darn! Gimana gak miris saya? Iya sih, dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Jadi dimanapun kita harus tetap hati-hati bawa diri. Tapi kalo ini ya, namanya pemerintah gak bisa melindungi rakyatnya. Emang kenapa sampe Ruyati membunuh majikannya? Karena membela diri? Karena biasanya disiksa?

Kenapa dia disiksa? Karena dia lalai? Kerjaan gak beres? Perlindungan terhadap TKI lemah? Majikan semena-mena?
Kenapa majikan semena-mena? Karena dia TKI ilegal (mungkin)? Karena majikan sudah membayar, jd merasa bisa semena-mena?
Kenapa Ruyati tahan disiksa? Karena dia butuh uang? Karena di tanah air keadaan lebih carut marut dan dia susah mendapat pekerjaan?

Ah, saya nyinyir sekali banyak nanya. Kalo bego-begoan menurut saya sih, salah satu mata rantai yang bikin dia disiksa sehingga akhirnya membela diri dan membunuh majikannya itu harus diputus. Itu gampangnya.

Enak saja bagi saya ngomong, toh saya juga cuma bisa mencela kegelapan kan? Huh!
*jedotin kepala ke tembok*


*Untuk alm. Ibu Ruyati, semoga dosa beliau diampuni dan amal ibadahnya diterima Yang Maha Kuasa. Untuk saudaraku pahlawan devisa lainnya, yang mengalami kekerasan, korban traficking, dll, maafkan saya yang belum bisa membantu menyalakan lilin untuk kalian, baru bisa doain :(*

Wednesday, June 8, 2011

Ojek, Bang!


Berhubung blogspot udah bisa dibuka lagi, jadi semangat posting lagi. Yaayy \(^_^)/
Ok, postingan kali ini mengenai ojek. Kenapa saya ujug-ujug membahas ojek. Karena tinggal di Cikarang Baru, dimana lebih banyak jumlah ojek daripada mobil angkutan umum ke tempat yang saya tuju, ya saya sering sekali memakai jasa tukang ojek ini. Ya tentunya bukan jarak jauh sih. Kalau ke Jakarta misalnya, ya saya naik bis dong *gile boneng mau ngojek sampe Jakarta*.

Jarak terjauh yang saya tempuh dengan naik ojek adalah Pekayon, Bekasi Barat ke Jababeka, Cikarang. Yes indeed saya ngojek. Itu kejadian waktu saya pertama kali bekerja di S*** ini. Saya masih tinggal bersama Bude saya di Bekasi Barat. Dan waktu tempuh saat itu kurang lebih 50 menit. Itu pertama kalinya saya merasa stres dan sumpek karena saking banyaknya motor di jalan. Dan setelah saya pindah ke Cikarang Baru pun tetap lebih sering ngojek ke kantor :D

Karena seringnya ngojek itu saya jadi bisa menilai tukang ojek manakah yang lebih baik kualitasnya ojekannya #apasihbahasanya. Ini kriteria bego-begoan saya tentang skill yang harus dipunyai tukang ojek yang baik:

1. Bisa mengendarai motor *ya iyalah :hammer*,
Maksud saya, bukan cuma mengendarai motor saja. Dia harus tahu rambu-rambu dan aba-aba pengatur lalu lintas. Ini skill pertama yang harus dikuasai.

2. Mengutamakan keselamatan penumpang,
Jangan sampai dia menganggap dirinya Dani Pedrosa yang bisa ngebut dan ngepot seenaknya sendiri tanpa mempedulikan penumpang yang komat-kamit merapal doa keselamatan di belakangnya.

3. Berpartisipasi dalam menjaga kesehatan penumpang,
Ini termasuk kesehatan jantung penumpang, jangan sampai bikin penumpang sport jantung. Selain itu, hindarilah melaju di belakang kendaraan yang knalpotnya menyemburkan asap polusi. Dan sebisa mungkin menghindari jalan-jalan becek (bisa jadi nyiprat ke pengguna jalan yang lain), bau sampah (demi kesehatan pernapasan penumpang), bolong-bolong dan bergelombang (demi kesehatan pantat penumpang).

4. Menguasai ritme dan tempo,
Bukan cuma konduktor musik dan pemain sepakbola saja yang harus bisa skill ini, tukang ojek pun termasuk. Maksud saya, dia harus tahu kapan saatnya pelan, cepat dan waktunya menyalip kendaraan lain. Bisa kesel si penumpang kalau dia sedang terburu-buru dan kondisi jalan aman dan memungkinkan untuk melaju kencang, tapi tukang ojeknya bergerak seperti siput memanggul kulkas 2 pintu dan belum makan 4 bulan.

5. Menghindari kendaraan besar,
Baik saya sedang mengendarai motor sendiri ataupun naik ojek, saya sering terintimidasi dengan keberadaan kendaraan besar di jalan, seperti truk gandeng, bis besar, truk kontainer, truk pengaduk semen, tank, bulldozer, dll. Takut mereka berubah menjadi Optimus Prime, Megatron, Devastator atau robot-robot aneh lainnya (okay, ini berlebihan).

6. Turun di tempat yang pas,
Contoh tukang ojek yang tidak baik. Pas kita mau naik ojek ke bank misalnya, jangan sampai diturunkan di rumah sakit....yang berjarak 2 km dari bank tujuan kita itu. Hanya contoh, tidak ada tukang ojek, bank, ataupun rumah sakit yang disakiti dalam pembuatan kalimat ini.

7. Tarif yang sesuai,
Males kan kalau jaraknya cuma sepelemparan batu, tapi kita harus bayar mahal? Nah ini yang saya maksud tarifnya sesuai. Selain itu, jangan sampai melebihi standar yang berlaku. Kalau biasanya dari kantor ke kedasih itu 7000, ya sudah jangan meminta 8000.

Ada yang mau menambahkan? :D

Dari kriteria di atas, ada beberapa ojek yang skillful menurut saya. Ya karena semua kriteria dapat dilakukannya. Ada juga tukang ojek yang cuma menguasai 3 dari 7 poin diatas. Ya kalau menurut saya sih memang yang paling penting dan mendasar adalah bisa mengendarai motor dan mengutamakan keselamatan penumpang. Lainnya itu juga penting tapi bukan yang mendasar.

Terlepas dari itu semua, saya amat menghargai keberadaan tukang ojek. Lha wong saya gak bawa kendaraan pribadi, jadi susah pergi ke tempat yang jauh dan tidak terjangkau kendaraan umum. Walaupun kadang suka ngomel dalam hati kalau ada tukang ojek yang ngebutnya begajulan sih :D


*Eh, ngomong-ngomong jarak terjauh, setelah saya ingat kembali, jarak terjauh yang saya tempuh dengan naik ojek adalah dari Kota Mataram ke pelabuhan Bangsal di Lombok, pulang-pergi :D

*berita terkini, blogspot diblok lagi sama IS kantor keknya, hiks T_T