Pages

Monday, May 30, 2011

Nongkrong Cantik di Hari Minggu

Rijika, hari Minggu melakukan apa? *

Hari Minggu kemarin, saya bangun pagi #penting #biasanyabangunsiang. Saya sudah niat mau ke Jakarta, ngajar di Taman Ilmu Setiabudi. Setelah beberapa minggu absen karena kesini kesitu, begini dan begitu, akhirnya kemarin kesampaian juga ketemu lagi sama anak-anak kecil lucu dan bandel-bandel itu... :D

Sebelumnya saya janjian dulu sama teman saya si bulet ini, ceritanya saya mau lihat kosan dia yang baru di daerah Karbela. Awalnya saya mau naik Transjakarta koridor 6 (sekalian nyoba, mumpung belum pernah) transit dan lanjut ke koridor yang lewat daerah Kuningan itu. Harusnya saya turun di Komdak atas, eh tapi kok ketiduran. Dan baru siuman dari tidur setelah Komdak lewat begitu saja. Akhirnya turunlah saya di Polda.

Ya sudah, saya naik P66 akhirnya, dan turun di Setiabudi One. Setelah telpon dan dijemput si bulet, kita beli sarapan ketupat sayur dulu sebelum ngajar. Sambil sarapan, saya ikut mendengarkan obrolan mas-mas yang sarapan di sebelah saya (catet, mendengarkan bukan menguping). Dia cerita ke temannya, kemarin malamnya habis futsal di Kuningan. Dan menurut dia, bayarnya cukup mahal karena sejamnya 400 ribu rupiah dan yang datang futsal cuma sedikit. Jadi lumayan besar patungannya.

Selesai sarapan, saya jadi ngobrol sama mpit. "Nanti kita bisnis lapangan futsal aja. Sekalian kosan cowok". Dan mpit juga setuju. Err...berasa man hunter sekali kita. Ya maklumlah, jiwa-jiwa muda, single dan menggelora *kok saya jijik sendiri sama bahasa di postingan kali ini ya*.

Setelah ngajar kelar, kita meluncur ke Senayan City. Belanja sekalian makan di Spageddies Italian Kitchen. Tempatnya cukup enak, bernuansa Itali dengan ornamen dedaunan plastik yang menjalar di tembok. Dan banyak pigura berisi testimoni dan tandatangan artis yang makan disitu (kok nama saya gak ada, saya kan artis!!! #diceburinkekawah).


Saya pesan Soup of the Day, yang ternyata hari itu adalah Mushroom Cream Soup. Rasanya creamy sekali dengan sedikit tendangan rasa jamur #halahbanget. Agak aneh di lidah saya sih, berasa makan bubur jamur. Selain itu saya pesan Chicken Spaghetti Primavera. Waktu makanan datang, lumayan juga porsi dan penampilannya. Seperti spageti ala oglio yang dimasak ditambahi dengan potongan ayam, sayuran dan taburan cabe kering. Dan bagaimana dengan rasanya? Enaaaakkk...yang jelas saya sih suka. Kalau mpit sih pesan cannelloni-sesuatu-saya-lupa-namanya. Rasanya enak juga, cheesy dan creamy, tapi saya sih lebih suka pilihan menu saya :))

Dan untuk minumnya, ada beberapa pilihan minuman beralkohol #iyasayatau #bukanuntukkonsumsisaya, soda dan jus. Pilihan kami berdua jatuh pada jus jeruk, yang ternyata setelah diminum saya nyeletuk, "ini kok kayak pulpy orange". Errr....

Harga makanan disini cukup variatif, mulai dari 10k untuk sup yang saya beli, 40-100k untuk menu pasta. Ada juga menu steak dengan harga variatif juga, di bawah 100k sampai diatas 100k. Dan bagi yang tidak mengonsumsi alkohol, wine untuk saus steak bisa diganti dengan saus jamur.

Sorenya kita ke Setiabudi One, nyoba nongkrong di Anomali Coffee yang pernah kita baca reviewnya di Tumblr *lupa lagi linknya, dooh*. Walaupun saya bukan pecinta kopi, tapi menurut saya kopinya lumayan. Suasana kafenya cozy dan ada free wi-fi. Asik buat nongkrong sendirian nyari inspirasi atau rame-rame sama teman ngobrolin urusan negara :)


Menikmati kopi sambil lihat kendaraan lalu lalang di Rasuna Said sudah, kita beranjak cari makan. Ada beberapa pilihan PKL, tapi saya sedang malas makan berat. Akhirnya kita malah ngglinding ke Kuningan Village. Oke, saya jalan dan mpit ngglinding #ditabokmpit :D

Kita berdua dengan sotoynya naik ke lantai 2. Dan di ujung tangga ke atas itu ada 2 orang mas-mas yang lihat kita dengan pandangan aneh. Eh, ternyata lantai 2 itu lokasinya The 3 House bistro and bar. Pantas aja tampak janggal. Masa iya 2 orang cewek berjilbab mau ngebir di bar -__-"

Akhirnya kita turun ke bawah, nah disitulah foodcourtnya berada. Tempat makannya bisa milih di teras luar atau taman, atau di dalam. Kita sih milih di dalam, ada AC jadinya lebih adem. Di tempat ini juga free wi-fi *yaaayy \(^_^)/*. Dan setelah tidak kenyang makan dimsum enak seharga 15 ribuan isi 3 potong, saya pun pulang :D




* biasanya tiap meeting Senin pagi si menejer suka nanya ke anak buahnya hari Sabtu-Minggu kemana. Jarang sih saya ditanya-tanya, tapi sekalinya nanya dia pasti kesusahan menyebut nama saya dengan benar. Eh, tapi pagi ini dia gak nanya ke anak-anak buahnya tuh

Thursday, May 26, 2011

Traveling Tanpa Oleh-Oleh?

Tema postingan saya kali ini mirip sama yang sudah pernah dibahas di milis IBP, yaitu mengenai oleh-oleh.

Definisi oleh-oleh:
sesuatu yg dibawa dr bepergian; buah tangan:


ini maksudnya foto toko oleh-oleh

Sebagai penyuka traveling, wajar rasanya kalau beli oleh-oleh untuk keluarga di rumah, sahabat/teman, rekan kantor atau special someone, sometwo, somethree dst... :hammer:

Kenapa saya bilang wajar, ya karena tidak semua orang berpikiran traveling-wajib-bawa-oleh-oleh. Ada yang bilang, memberi oleh-oleh itu wujud perhatian kepada orangtua, teman, rekan kerja atau orang terdekat kita. Ya gak salah juga, tiap orang pendapatnya beda-beda. Ada yang menganggap seperti itu. Ada juga yang menganggap bukti perhatian itu tidak harus dalam bentuk oleh-oleh sepulang dari traveling. Kalau misalnya, si traveler kebetulan waktu traveling kelupaan membeli, apa orang terdekatnya akan menganggap dia kurang perhatian gitu?

Saya sendiri, menganggap bahwa oleh-oleh itu bukan fardhu ain hukumnya. Apalagi saya tipikal gembel traveler yang biasanya cuma bawa uang ngepas untuk transportasi dan akomodasi. Jadi budget beli oleh-oleh itu sering kali tidak terpikirkan. Kecuali kalau memang saya niat belanja dan menganggarkan duit lebih untuk beli-beli.

Tapi walaupun saya bilang seperti itu, kenyataannya selama ini saya seringkali membeli oleh-oleh tiap kali traveling. Labil ya saya? :D
Baik itu oleh-oleh untuk saya sendiri, maupun orang lain. Saya gak terlalu spesifik membeli suvenir untuk saya sendiri, bisa apa saja. Paling sering sih beli makanan, yang kolosal gitu, alias banyak jumlahnya. Selain saya bisa ikutan menikmati, oleh-oleh semacam gini bisa dibagi rata ke teman-teman, hehehe.

Selain makanan, kalaupun harus beli oleh-oleh buat orang lain, saya biasanya nyari sesuatu yang khas tempat itu. Ya walaupun cuma gantungan kunci atau pembatas buku, tapi minimal ada sesuatu yang khas. Misalnya, di Singapore ya belinya gantungan kunci Merlion, bukannya pembatas buku wayang. Atau di Bali, belinya ya lulur Bali. Walaupun sekarang sudah banyak sih yang jualan barang-barang suvenir semacam itu bukan di tempat aslinya.

Susahnya kalau di tempat itu gak ada sesuatu yang bener-bener khas. Seperti saat umroh misalnya, susah nyari oleh-oleh yang khas Arab. Sebagian besar suvenir yang dijual (kerudung, sajadah, tasbih, boneka onta, baju, kopyah, dll) ber-cap made in China, made in India, made in Turkey atau made in Indonesia. Mungkin yang memang otentik itu cuma air zam-zam dan kurma (itu saja sudah banyak dijual di Indonesia).

Ada satu barang di supermarket yang saya lihat made in KSA (Kingdom of Saudi Arabia) yaitu tasbih mutiara. Entah mutiara imitasi atau palsu, yang jelas harganya gak bersahabat sama budget. Ya sudah, bawa air zam-zam sama kurma saja cukup buat saya, sama sedikit printilan made in India dan made in Turkey :D

milih, bukan beli oleh-oleh

Sebaliknya, kalau ada teman traveling saya juga gak terlalu berharap dan 'memaksa' minta oleh-oleh. Kalaupun bilang, "jangan lupa oleh-oleh ya..." itu cuma ngomong di mulut saja. Dibawain ya alhamdulillah, enggak juga tidak apa-apa. Saya tahu dan sudah pernah ngalamin kok, beli dan bawa oleh-oleh itu kadang merepotkan. Tahu cerita atau foto teman yang lagi traveling sudah cukup menyenangkan kok. Apalagi kalau saya punya kesempatan ke tempat itu juga satu saat nanti :)


P.S: Dari pengamatan saya, yang biasanya rempong nyari oleh-oleh ini itu biasanya kaum hawa. Barang bawaan waktu pulang bisa lebih berat daripada waktu berangkat. Tanya kenapa? :D

Tuesday, May 24, 2011

Me And Traveling


Saya orang yang suka traveling. Dari kecil saya sudah suka jalan-jalan. Walaupun waktu SD saya selalu mabuk perjalanan, hampir tidak pernah saya menolak ajakan saudara untuk jalan-jalan. Keliling kota atau pergi ke pantai. Untungnya kebiasaan mabuk perjalanan itu sudah menghilang saat saya SMP.

Impian masa kecil saya adalah traveling keliling dunia. Thanks to my lovely dad, yang bikin saya mupeng dengan buku kecilnya yang berisikan catatan kota-kota yang dikunjunginya di seputaran Laut Mediterania selama menjadi pelaut, dan uang-uang koin yang dikumpulkannya dari berbagai negara yang berbeda :)

Dan saya baru bisa nyicil menuntaskan impian itu setelah bekerja. Iya, baru nyicil sekarang. Dimulai dari keliling sebagian keciiiillll dari Indonesia yang luas sekali ini. Dan sebagian keciiiillll dari negara-negara di dunia yang banyak ini. Better late than never, eh? ^_^

Buat saya traveling itu fun. Mau sendirian atau traveling keroyokan bareng teman-teman. Dibayarin/gratisan ataupun dengan biaya sendiri. Tapi sejauh ini saya belum pernah dibayarin untuk traveling (semoga someday ada yang mau bayarin saya buat keliling negara-negara seputaran Laut Mediterania, aamiin...).

Apanya sih yang menyenangkan dari traveling? Ya banyak. Bisa lihat tempat baru, ketemu orang baru, makan sesuatu yang baru yang belum pernah saya rasakan sebelumnya, dan yang terpenting adalah mendapat pengalaman baru. Jadi gak cuma refreshing atau lihat-lihat atau belanja saja.

Banyak lho yang bisa dipelajari dari pengalaman traveling. Mulai dari cara negosiasi dan sosialisasi sama orang asing, belajar mengendalikan ego sendiri, apalagi kalau traveling bersama orang lain. Termasuk juga tahu tradisi atau hal-hal unik di daerah setempat yang dikunjungi.Dan dari semua itu, yang paling besar saya rasakan adalah saya semakin mengagumi kebesaran Tuhan dan semakin cinta sama Indonesia.

Lha kenapa gitu? Walaupun saya bukan frequent-traveler kayak mbak ini, yang udah sering keliling Indonesia dan berkali-kali ke luar negri tetap saja saya bisa bilang seperti itu. Saya tambah cinta sama Indonesia *peluk-peluk Indonesia* #apasih.

Mungkin ada sebagian orang yang bilang,

"ngapain sih traveling? mahal, buang-buang duit...mending juga kalo dibayarin",

"ogah ah traveling, capek, libur itu buat istirahat di rumah,kumpul sama keluarga aja",

dst2. Atau ada yang bilang gini,

"wah, banyak duit ya kok sering traveling?".

Atau bahkan,

"kok traveling terus sih, kapan cari pacarnya?"

*mengerutkan kening*.

Oke, mari ditanggapi satu-satu.

1. Traveling itu mahal.

Gak selamanya yang namanya traveling itu mahal. Ambil contoh, ke Bali. Ada jenis akomodasi murah: naik kereta ekonomi, ngeteng bis, naik kapal laut kelas ekonomi. Atau akomodasi yang lebih mahal misalnya pesawat udara(tarif normal bukan promo). Penginapan murah: hostel, rumah teman/kenalan atau bahkan tidur di dalam sleeping bag di bawah bintang *romantis kan? :D*. Mau yang lebih mahal ada hotel mulai dari kelas melati sampe bintang lima, resort, dll. Lagipula, murah atau mahal itu relatif ;)

2. Libur di rumah saja, capek.

Kalau ini sih masalah pilihan. Saya kalau sudah kecapekan banget ya memang memilih untuk tidak traveling, orang badan cuma satu-satunya ini. Tapi kalau masih kuat lahir batin ya saya lebih suka menghabiskan libur dengan jalan-jalan. Ada kalanya memang, mood lagi pingin menghabiskan liburan di rumah saja. Sekali lagi ini masalah pilihan :)

3. Traveler == banyak duit.

Diaminkan saja kalau yang satu ini, hahaha :D

4. Gak sempat cari pacar(?)

Buat yang merasa menanyakan ini sama saya, maksudnya apa sih? Makasih ya perhatiaannya :))

Bukan apa-apa sih tapi menurut saya ini gak make sense. Traveling itu memungkinkan kita untuk ketemu orang-orang baru. Jadi bisa jadi kan ujug-ujug saya berkenalan dengan traveler bule muslim gitu terus have a relationship? *ngarep to the max* :))


Saturday, May 21, 2011

What Are You Still Doing Here?

Got this from here. I brutally copy-paste-ing it here, just in case you're indolent to click the link ;)
It would not perfectly fit your stories but i guess parts of her writing are true.


Dear You.

I had a brutal crush on you but I said to myself I wouldn't do anything about it. When I heard about you and another girl though, I thought it's now or never. So I simply walked to where you were and since then there has only been you.

You make me laugh so much and you awakens every butterfly in me. You whisper sweet words in my ear and I want to hug you all the time and you tell me you want me to. You giggle when I give you a thousand kisses all over your face and I remember you said I'm the prettiest girl in town. I don't think about what's happening or will happen, I'm just enjoying every moment with you.

But in every relationship we have - with girls, boys, friends - sooner or later we argue. And suddenly it all feels so fragile.

What will happen now?
How much does he like me?
Will this end what's between us?
Wow, there's so many things I still don't know about him.
Will he hurt me?
Will he say things that makes me cry?
If I stay now, will he take me in his arms if I get sad?
If I go now, will he call me tomorrow?
Gosh, WHY do I have to be so emotional?
Does he think I'm too sensitive?
Is this about what he said about things going so fast?
Wait - it was "so fast", not "too fast", right? Damn. I can't remember.
What does he want me to say when he tells me that?
But if he meant it in a bad way, why would he also tell me he doesn't want to be with anyone else?
I hope that part wont change now when we argue.
Is he as scared of all those feelings as I am?
I wish I was a mindreader.
What was we even arguing about?
Oh, I remember. Are we really having an argue about that?
Well, I guess this learns us that both are really stubborn.
I don't want him over there. I want him to be closer.
Will he reject me if I ask for a kiss instead of talking about whatever we think different about?

I really want you. I really like you. But I don't tell you that tonight. Instead I'm doing what I know is wrong - I'm walking away, I'm going home. Because even if we're having an incredible time, I don't really know you and your thoughts and if you think "us" is happening too fast instead of so fast, I don't want to hear it tonight. Each day I want to have you one more day so me liking you as much as I do is really freaking me out.

And to all of you whose hearts are aching by liking someone and not doing anything about it - what are you still doing here? Go tell them, go take a shot, go fall in love!
Sometimes you have to give life a push and hope that it's the right time and place and that both are ready for what may come. The worst thing that can happen isn't even that bad - if he/she doesn't feel the same at least you will feel awesome about telling them how special they are.
But if everything goes well, it can be amazing.

Remember though - your heart will ache anyway, because you're so scared to screw it all up and the feeling you get by the thought of losing something great is almost as awful as not having it at all.

Lots of love to all of you!

-tsf.

Saturday, May 14, 2011

Balada Nomaden

Sudah 3 kali ini saya pindah kosan selama tinggal di Cikarang Baru. Kosan pertama saya, rumah 1 lantai dengan 4 kamar, 1 kamar mandi, 1 ruang tengah dan 1 dapur mungil. Kosan ini cukup nyaman, karena berasa seperti rumah, bukan seperti kos-kosan. Bisa makan, nonton TV sambil curcol di ruang tengah sekalian setrika.

Lagipula tidak ada ibu kos yang menjaga disini. Tapi kondisi cukup aman dan nyaman. Tidak enaknya adalah letaknya dekat dengan sungai, jadi sewaktu Cikarang Baru kebanjiran, kosan inipun kena. Sudah 2 kali kosan ini kebanjiran, dan yang terakhir airnya sampai masuk ke kamar saya, kira-kira 10 cm tingginya. Barang-barang dan buku yang ada di atas lantai terendam air T_T

Salah satu korbannya adalah kamera pocket saya dan adaptor laptop, karena waktu itu saya letakkan di atas buku yang bergeletakan di atas lantai. Keduanya mati total, jadi saya harus beli baru T_T

Beberapa bulan kemudian saya pindah ke kosan kedua. Letaknya masih di gang yang sama dengan kosan lama, tapi lebih menjauhi sungai. Saya, Elly dan Ester menjadi penghuni pertama di kosan ini. Kami mulai mengetag sejak dari kosan ini masih dibangun dan belum jadi. Dikarenakan sudah ada hawa-hawa pengusiran dari kosan pertama :D

Ceritanya kosan lama itu dijual murah oleh ibu kosnya kepada temannya, karena si ibu kos butuh uang. Ibu kos yang baru ini mungkin setengah hati mengelola kos, dan memilih untuk menjual rumah ini yang sampe sekarang masih belum laku. Jadinya kita harus mencari kosan baru.

Kosan kedua adalah sebuah rumah 2 lantai, 15 kamar tidur dan 5 kamar mandi. Tidak ada dapur atau ruang tengah untuk sekedar nongkrong-nongkrong cantik sambil ngerumpi ria disini. Ada sih tempat nongkrong, di balkon lantai 2. Tapi untuk ke balkon kita harus loncat jendela dulu, dan akhirnya jendela inipun oleh bapak kos dipasangi teralis :(

Kata anak-anak sih kosan ini sedikit mistis. Ada cerita tentang bercak darah yang tiba-tiba muncul di kamar. Atau suara orang asma di sebelah kamar, padahal sebelah kamarnya adalah jemuran. Ada juga anak kos yang ditiup-tiup kepalanya waktu tidur. Dan alhamdulilah dari semua cerita itu, bukan saya yang mengalami. Amit-amit jabang baby jangan sampai deh :D

Selain beberapa hal mistis ini, ada satu hal lagi yang bikin gak kerasan di kosan ini. Bapak kosnya. Lha kenapa bapak kos? Dulu awal-awal kosan ini ditempati, si bapak berjanji kalau kosan sudah penuh akan dibuat dapur, jemuran juga akan diperluas. Tapi sampai sekarang belum direalisasikan. Selain itu si bapak juga agak bawel dengan bayaran kosan. Dia salah satu korbannya :D

Dan minggu kemarin, saya, Elly dan Ester resmi pindah ke kosan baru. Kosan 2 lantai dengan 17 kamar. Dari awal lihat langsung suka karena ada balkon dan dapur disini. Minimal bisa masak mi instan lah :D

view genteng kosan baru

sunset view dari atas genteng kosan baru

Untungnya waktu pindahan dibantu oleh 2 ekor jinnya Elly Agung dan Wawan. Lumayan terbantu untuk angkat-angkat barang yang cukup besar seperti rak buku. Tapi tetep dong, saya angkat sendiri buku dan majalah yang berat-berat itu. Dan hasilnya adalah bisep kram sampai seminggu :D

masih berantakan

lumayan rapi ^^

Pindahan itu capek, jendral!!

Monday, May 9, 2011

Jabal Rahmah dan Ondel-Ondel

Jabal Rahmah

Jabal Rahmah (Mount of Mercy) adalah salah satu tempat yang paling saya ingat selama kunjungan saya umroh April kemarin. Ya tentunya selain tujuan utama yaitu Masjid Haram dan Masjid Nabawi.

Saya mengunjungi Jabal Rahmah di hari ketiga pas berada di Mekah. Selain Jabal Rahmah, agenda hari itu mengunjungi Jabal Tsur, Mina+Mudzalifah dan Jabal Hira. Pokoknya tema wisata kota Mekah ini adalah wisata gunung (Jabal=gunung). Dan memang topografi kota Mekah itu bergunung-gunung. Beda dengan di Indonesia yang kebanyakan gunungnya tanah atau batu kapur, di Mekah gunungnya batu. Dan orang membangun kota ini dengan memotong gunung berbatu.

Dan di tempat lain yang saya sebutkan itu mobil tour saya cuma lewat saja. Turun pun cuma sebentar, gak nyampe 10 menit di Jabal Tsur. Maklum, 8 dari 10 rombongan umrohnya orang berusia paruh baya keatas :)

Praktis, cuma di Jabal Rahmah ini saja yang turun agak lama. Dari awal saya sudah excited, karena muthawif(pendamping umroh) bilang disini bisa foto sama onta. Entah kenapa saya terobsesi naik onta. Dulu waktu ke Taman Safari Indonesia sama teman saya ini saya udah ngebet ingin naik onta, tapi gak keturutan karena kesorean :(

Jadi waktu dibilang di Jabal Rahmah saya bisa foto sama onta senanglah saya (wait, jadi excited pergi ke Arab cuma biar ketemu onta? | ya enggaklah!!)

Setelah sampai Jabal Rahmah saya langsung disambut bau kotoran onta. Dan mata saya langsung jelalatan nyari onta yang bisa dinaikin. Tapi, saya kecewa berat. Bukannya ketemu onta malah saya ketemu ondel-ondel disana. Onta yang saya bayangkan itu hewan padang pasir eksotis berwarna coklat, berpunuk dan berpelana kulit.

Onta beneran

Yang saya temui disana hewan berpelana karpet tebal warna-warni dan berkalung bunga imitasi. Dan diatas punuknya sudah seperti tenda kecil berwarna mencolok dan hore sekali. Persis seperti ondel-ondel berhias. Terang saja saya langsung ilfeel. Walaupun kata muthawif, semakin bagus hiasan ontanya semakin mahal tarif naik ontanya. Batal deh acara naik ontanya. Bahkan saya juga malas mengambil fotonya ondel-ondel ontanya.

Onta apa ondel-ondel?
Gambar dari sini

Jabal Rahmah sendiri adalah bukit kecil yang tingginya sekitar 15-20 meter dari permukaan tanah di kawasan padang Arafah. Jangan dibayangkan padang Arafah ini padang pasir berbatu dan tandus seperti padang-padang lain di kota Mekah. Banyak pohon ditanam di padang ini, jadi tampak cukup hijau untuk ukuran padang pasir. Pepohonan yang banyak ditanam disini biasa disebut Pohon Soekarno, karena dulu sewaktu kunjungan Pak Karno ke Arab Saudi beliau yang menyumbang bibit pohon ini. Pohon ini cukup membantu "mendinginkan" jamaah haji saat wukuf di Arafah.

Konon, suhu tertinggi di Arafah pernah mencapai 50 derajat Celcius waktu siang. Sampai-sampai pemerintah Arab Saudi mendirikan tiang-tiang tinggi untuk menyemprotkan hujan buatan, karena saking panasnya.

Itu kelihatan kan sprinklersnya? :D

Menurut cerita, tempat ini adalah tempat bertemunya Adam dan Hawa yang diturunkan di bumi. Dan menurut kepercayaan, Jabal Rahmah ini adalah tempat mustajab untuk berdoa minta enteng jodoh. Jadi tempat ini selalu ramai dikunjungi orang walaupun tidak sedang musim haji. Yang umroh pun datang ke tempat ini untuk berdoa.

Orang tua mendoakan anaknya agar cepat dapat jodoh. Istri berdoa agar tetap langgeng sampai kakek-nenek sama suaminya. Suami berdoa agar bisa kawin lagi langgeng dengan istrinya. Yang masih muda dan single seperti saya tentu saja berdoa biar dapat pasangan hidup #eaaa #bukannyasayadesperate #lhakansayadoanyasamaTuhan #bukankemanusia #iyaiyaneng #hashtagnyakokgakkelar2sih

*My prince charming, gak usah sungkan pake GPS atau nanya alamatku sama orang ya, jangan nyasar terus. OK? :D*

Sayangnya sepanjang tangga menuju puncak Jabal Rahmah yang ditandai tiang beton berukuran kurang lebih 1x6 meter ini banyak pedagang dan tukang foto dadakan yang mengganggu pengunjung. Mereka memaksa kita mau difoto oleh mereka. Saya sempat diminta tolong oleh seorang ibu dari Turki untuk mengambil fotonya dengan background tugu di Jabal Rahmah, eh dengan seenaknya si fotografer amatir merebut kamera polaroid ibu itu dari tangan saya. Ya jadinya kita tarik-tarikan kamera lah. Dan akhirnya setelah si fotografer itu disemprot sama si ibu, baru dia melepaskan pegangannya.

Belum lagi pengemis-pengemis cilik dan *maaf* cacat yang bertebaran di tangga menangis menjerit minta sedekah. Gak di Arab atau di Indonesia, di sekitar tempat-tempat seperti itu pasti banyak pengemis. Bukannya tidak mau memberi sedekah atau apa, tapi menurut saya memberi uang begitu saja tidak akan membantu mendewasakan anak-anak itu.

"Give a man a fish and he won't starve for a day. Teach a man how to fish and he won't starve for his entire life" - Chinese proverb

(tapi mereka kan masih anak2, lagian songong banget kamu neng, sok bisa ngajarin orang | ya emang ini kan sotoy dan songong2nya saya)

Balik lagi ke Jabal Rahmah. Diatas bukit ini biasanya para jamaah haji/umroh berdoa. Ada yang cuma melihat-lihat dan berfoto. Beberapa jamaah dari negeri lain yang solat lantas berdoa. Ada juga yang berebutan menulis nama dengan spidol di tugu beton penanda puncak Jabal Rahmah itu. Sampai-sampai bagian bawah tugu itu menghitam penuh tulisan. Konon, kalau menulis nama sendiri dan nama pasangan, maka hubungannya akan langgeng. Kata muthawif saya, itu semacam tourist trap, lha wong sewa spidol untuk menulis nama saja harus membayar 5 real.

Bawahnya item banget, itu bekas spidol semua

Padahal kalau dipikir-pikir, untuk menghormati pertemuan dua manusia pertama di muka bumi ini gak perlu menulis nama segala. Toh jaman Adam dan Hawa waktu bertemu juga tidak menulis nama di tugu. Boro-boro nulis nama, spidol saja waktu itu belum ada. Bahkan tugu betonnya pun belum ada sepertinya. Jadi doa saja cukup tanpa harus berlebihan berebutan menulis nama seperti itu.
Ah, tapi ini pemikiran saya sendiri. Biasalah, sotoy :)